Senin, 25 Februari 2013

Kumpulan Khutbah Jumat


Melestarikan Pelajaran Penting dari Ramadhan

Marilah kita mantapkan kembali keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT. Taqwa yang merupakan tujuan dari ibadah puasa yang telah kita laksanakan pada bulan ramadhan yang lalu, maka pada bulan syawal ini, marilah nilai ketaqwaan itu senantiasa kita hadirkan dan terus kita jaga dengan menjalankan keta’atan kepada Allah dengan kontinyu dan senantiasa juga mampu menahan diri dari larangan Alah.
يا أيها الذين آمنوا اتقو الله حق تقاته ولا تموتن إلا وأنتم مسلمون
“Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dengan sebenar-benarnya taqwa dan janganlah kalian mati kecuali dalam keadan sebagi seorang muslim”.
Hadirin Jamaah sholat Jumat yang berbahagia.
Kita patut bersyukur kepada Allah kerena kita semua telah melewati bulan suci Ramadhan, bulan mulia yang kita merasakan keberkahannya, penuh dengan maghfiroh dan rahmat Allah, dalam arti kita telah berhasil  menjalankan perintah Allah dengan penuh ikhlas, kita telah berpuasa dan memperbanyak ibadah semata-mata hanya karena Allah. Kita patut pulaberbahagia, karena di samping telah berhasil menabung pahala, dosa-dosa kitapun yang telah berlalu insya Allah diampuni oleh Allah SWT. sebagaimana hal ini dijamin oleh Rasulullah saw dalam sabdanya::
من صـــام رمضــان ايمــانا واحتســابا غفـر له ماتقدّم من ذنــبه
Artinya : "Barang siapa menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan semata-mata karena Allah dan mengharap ganjaran dari pada-Nya, maka diampunilah dosa-dosanya yang telah lalu."
Hadirin Sidang Sholat Jumat rahimakullah
Lalu muncul pertanyaan yang patut menjadi renungan kita bersama adalah: Bagaimana kita menyikapi hari-hari kita ke depan, setelah kita kembali kepada fitrah dan kesucian?
Ramadhan sebagai titik tolak kembali kepada fitrah sejati. Bahwa dari Madrasah Ramadhan kita bangun komitmen ketaatan bukan hanya untuk satu tahun ke depan, namun juga kita bangun komitmen ketaatan seumur hidup seperti ketaatan selama Ramadhan. Dalam surat An-Nahl 92, Allah berfirman:
وَلَا تَكُونُوا كَالَّتِي نَقَضَتْ غَزْلَهَا مِنْ بَعْدِ قُوَّةٍ أَنْكَاثًا
Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali”.
Ini merupakan sebuah pelajaran yang sangat mahal. Allah menceritakan kisah seorang wanita yang hidupnya sia-sia, dari pagi hingga  petang  ia memintal benang, ketika pintalan itu selesai, ia cerai-beraikan kembali. Sungguh sangat disayangkan perbuatan itu. Ayat itu bukan hanya mengisyaratkan namun menjelaskan larangan Allah, agar akhlak wanita tersebut tidak terulang kembali, dan dilakukan oleh hambah-Nya yang beriman.  Oleh sebab itulah Nabi kita Muhammad saw banyak mengingatkan umatnya dengan sabdanya: "Qul aamantu billahi tsummastaqim”
Artinya: “Katakanlah aku beriman kepada Allah dan beristiqamahlah (konsistenlah).
Hadirin yang dimuliakan Allah
Dari Ramadhan setidaknya kita menjadapat 4 pelajaran penting yang harus dipertahankan prestasinya dan dilestraikan dalam hidup sehari-hari oleh setiap pribadi beriman, sehingga menjadi pribadi yang selalu bersih dan fitri, pribadi yang menjaga diri dan keluarganya dari api neraka sehingga dengannya pula kelak akan lahir masyarakat yang bersih pula.
Pelajaran Pertama yang dapat kita ambil dari nilai-nilai ramadhan adalah: Menjauhi harta yang haram.  
Selama Ramadhan kita telah berpuasa dari yang halal. Maka tidak ada alasan bagi kita untuk mengambil yang haram.
Marilah kita perhatikan firman Allah dalam Al Qur’an surat Al-Maidah ayat ke-100 :
قُلْ لَا يَسْتَوِي الْخَبِيثُ وَالطَّيِّبُ وَلَوْ أَعْجَبَكَ كَثْرَةُ الْخَبِيثِ فَاتَّقُوا اللَّهَ يَاأُولِي الْأَلْبَابِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ (المائدة100 )
“Katakanlah, “Tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu, maka bertaqwalah kepada Allah hai orang-orang berakal, agar kamu mendapat keberuntungan.” (QS. Al Maidah: 100)
Dalam ayat ini Allah menjelaskan bahwa harta haram itu sebagai al-khobits atau kotoran yang menjijikan. Artinya seandainya harta haram itu Allah perlihatkan berupa kotoran niscaya manusia yang berakal tidak akan mengambilnya. Karena yang khobist itu tidak akan pernah sama dengan ath-thayyib atau yang halal dan baik sekalipun jumlahnya jauh lebih sedikit. Karena yang khobits merusak tatanan kehidupan, sementara yang thayyib menumbuhkan dan menyebarkan kebaikan. Oleh sebab itu Allah lalu perintahkan agar bertaqwa: fattaqullah yaa ulil albaab. Artinya bahwa taqwa tidak akan tercapai selama seseorang masih mengkonsumsi harta haram. Dengan kata lain, hanya dengan menjauhi harta haram seseorang akan sampai kepada level taqwa. Bila masing-masing pribadi bertaqwa, otomatis rumah tangga akan bersih dari harta haram. Bila rumah tangga bersih dari harta haram, secara otomatis pula masyarakat akan bersih dan lebih dari itu Allah akan melimpahkan keberkahan-Nya.
Allah berfirman:
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى ءَامَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ(الأعراف96)
"Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. " (QS. Al A’raf: 96)
Kaum Muslimin Jamaah Sholat Jumat yang berbahagia
Pelajatan Yang Kedua: Mengendalikan nafsu dari maksiat .
Selama Ramadhan kita telah berhasil mengendalikan nafsu dari maksiat. Itu menunjukkan bahwa nafsu sebenarnya sangat lemah. Bahwa manusia bukan makhluk yang dikendalikan oleh nafsu, melainkan dialah yang mengendalikan nafsunya.
Ia tidak boleh makan apa saja tanpa membedakan mana yang halal dan mana yang haram. Ia juga tidak boleh berbuat apa saja tanpa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Kita dapat menyaksikan di tengah masyarakat yang dibimbing nafsunya belaka, mereka menyebar makanan dan minuman haram, bahkan hal itu dianggap biasa. Bukan hanya itu, perzinaan dihalalkan tanpa merasa berdosa sedikitpun. Inilah masyarakat yang rapuh. Dalam Al Qur’an Allah selalu menceritakan hancurnya kaum-kaum terdahulu adalah karena mereka hidup di atas kebebasan nafsunya. Mereka tidak menggunakan akal yang telah Allah karuniakan kepada mereka . Al Quran menggambarkan:
وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ لَهُمْ قُلُوبٌ لَا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ ءَاذَانٌ لَا يَسْمَعُونَ بِهَا أُولَئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُولَئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ (الأعراف179)
"Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakan untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. (QS. Al A’raf: 179)
Dalam surat An Nazi’at ayat 40-41, Allah swt. menegaskan bahwa hanya dengan takut kepada Allah secara jujur seseorang bisa mengendalikan nafsunya,  Allah berfirman:
وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى(40) فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى(41)
"Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal (nya)." (QS. An Nazi’at: 40-41)
Ini menunjukkan bahwa dalam diri manusia ada dua kekuatan yang saling tarik menarik. Kekuatan nafsu dan kekuatan takut kepada Allah berupa iman. Bila takutnya kepada Allah lebih kuat, maka terkendalikanlah nafsu. Sebaliknya bila takutnya kepada Allah lebih lemah, maka nafsu akan lebih dominan. Bila nafsu yang dominan, maka ia utamakan dunia di atas akhirat. Bahkan ia berani mengorbankan akhiratnya demi dunia. Inilah makna ayat:
بَلْ تُؤْثِرُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا(16) وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَى(الأعلى17)
"Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi. Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal."
Kaum Muslimin Yang dimuliakan Allah
Pelajaran ramadhan yang ketiga adalah: Menundukkan Syetan.
Kita telah membuktikan selama Ramadhan bahwa setan dijadikan lemah dan tidak berdaya. Kita menjumpai masjid-masjid menjadi ramai selama Ramadhan. Di berbagai tempat, rumah-rumah, kantor-kantor dan di pusat-pusat ibadah, terdengar suara mendengung orang-orang sedang membaca dan tadarus Al-Qur’an. Itu semua adalah bukti nyata bahwa setan sebenarnya sangat lemah. Dalam surat An-Nisa ayat 76 Allah menegaskan:
إِنَّ كَيْدَ الشَّيْطَانِ كَانَ ضَعِيفًا
“Sesungguhnya tipu daya setan itu sungguh lemah.”
Maka tidak pantas orang-orang yang mengaku beriman kepada Allah dan hari akherat ia masih mengikuti ajakan dan bisikan-bisikan  syetan.
Kita wajib menundukan syetan karena beberapa sebab:
Yang Pertama : Setan adalah musuh yang nyata. Dan ia selalu mempengaruhi seseorang agar keluar dari jalan yang lurus, dan meniti jalan yang sesat bersamanya menuju neraka, Allah befirman:
إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوهُ عَدُوًّا إِنَّمَا يَدْعُو حِزْبَهُ لِيَكُونُوا مِنْ أَصْحَابِ السَّعِيرِ(فاطر6)
"Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, maka jadikanlah ia sebagai musuh, karena sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala."
قَالَ رَبِّ بِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِي الْأَرْضِ وَلَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ (الحجر39)
Iblis berkata: “Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma`siat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya.
Sebab Kedua : Setan mengajak kepada permusuhan, melalui minuman khamr dan judi, bahkan syetan berusaha menghalang-halangi seseorang agar tidak berdzikir kepada Allah dan tidak melaksanakan shalat, Allah berfirman:
إِنَّمَا يُرِيدُ الشَّيْطَانُ أَنْ يُوقِعَ بَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةَ وَالْبَغْضَاءَ فِي الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِ وَيَصُدَّكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَعَنِ الصَّلَاةِ فَهَلْ أَنْتُمْ مُنْتَهُونَ(91)
"Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan melaksanakan sholat; maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu".
Ketiga : Setan selalu menakut-nakuti dengan kemiskinanm supaya seseorang tidak berinfaq, dan selalu mempengaruhi agar seseorang berbuat keji dan zina, Allah berfirman:
الشَّيْطَانُ يَعِدُكُمُ الْفَقْرَ وَيَأْمُرُكُمْ بِالْفَحْشَاءِ وَاللَّهُ يَعِدُكُمْ مَغْفِرَةً مِنْهُ وَفَضْلًا وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ (البقرة 268)
"Syaitan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjanjikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui." (QS. Al-Baqoroh: 268)
Kaum Muslimin Jamaah Sholat jumat yang berbahagia
Pelajaran terakhir yang dapat kita ambil selama belajar di bulan ramadhan adalah: Meninggalkan dosa-dosa dan kemaksiatan .
Ramadhan adalah bulan perjuangan menjauhi dosa-dosa. Dan setidaknya kita telah berhasil membuktikan selama Ramadhan untuk meninggalkan segala bentuk dosa dan kemaksiatan. Bahkan kita berusaha menjauhi sekecil apapun perbuatan yang sia-sia. Kita berusaha secara maksimal untuk menjadikan setiap detik yang kita lewati memberikan makna dan menjadi ibadah kepada Allah swt. Setiap saat lidah kita basah dengan dzikir, jauh dari pembicaraan dusta dan kebohongan. Pandangan kita selalu tertuju kepada ayat-ayat Al Qur’an dan terjaga dari segala yang diharamkan. Langkah kaki kita senantiasa terhantar menuju masjid. Tangan kita banyak memberikan sedekah dan seterusnya.
Masyarakat yang jauh dari dosa-dosa dan kemaksiatan adalah masyarakat yang berkah. Sebaliknya masyarakat yang penuh dengan dosa-dosa dan kemaksiatan adalah masyarakat yang rentan. Ibarat tubuh penuh dengan penyakit dan kotoran yang menjijikkan. Maka ia tidak produktif dan bahkan tidak bisa diharapkan darinya kebaikan. Imam Ibn Qayyim Al Jauziyah dalam bukunya yang sangat terkenal “al jawaabul kaafii liman sa’ala ‘anid dawaaisy syaafii” menyebutkan beberapa bahaya dosa, di antaranya sebagai berikut:
Pertama: Dosa memperlemah kesadaran akan keagungan Allah dalam hati.
Artinya, seorang yang penuh dengan dosa-dosa tidak akan bersungguh-sungguh lagi mengagungkan Allah. Kaki terasa berat untuk melangkah ke masjid. Badan terasa sulit untuk bangun pada waktu fajar menegakkan shalat subuh. Telinga tidak suka lagi mendengarkan ayat-ayat Al Qur’an, lama kelamaan hati menjadi keras seperti batu bahkan bisa lebih keras dari pada itu. Maka ia hilanglah rasa sensitive atau tidak tergetar lagi dengan keagungan Allah. Allah berfirman:
ثُمَّ قَسَتْ قُلُوبُكُمْ مِنْ بَعْدِ ذَلِكَ فَهِيَ كَالْحِجَارَةِ أَوْ أَشَدُّ قَسْوَةً وَإِنَّ مِنَ الْحِجَارَةِ لَمَا يَتَفَجَّرُ مِنْهُ الْأَنْهَارُ وَإِنَّ مِنْهَا لَمَا يَشَّقَّقُ فَيَخْرُجُ مِنْهُ الْمَاءُ وَإِنَّ مِنْهَا لَمَا يَهْبِطُ مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ(البقرة 74)
"Kemudian setelah itu hati kalian menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. Padahal di antara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai daripadanya dan di antaranya sungguh ada yang terbelah, lalu keluarlah mata air daripadanya dan di antaranya sungguh ada yang meluncur jatuh, karena takut kepada Allah. Dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan". (QS. Al-Baqoroh: 74)
Kedua: Dosa membuat seseorang  tidak mempunyai rasa malu.
Artinya, bahwa seseorang yang  terbiasa berbuat dosa, lama-kelamaan tidak merasa berdosa. Bahkan ia tidak merasa malu berbuat dosa di depan siapapun. Bila rasa malu hilang maka hilanglah kebaikan. Rosulullah bersabda: “Rasa malu itu semuanya baik”. Maksud hadits ini adalah: bahwa semakin kuat rasa malu dalam diri seseorang akan semakin menyebar darinya kebaikan. Dengan demikian masyarakat yang mempunyai rasa malu adalah masyarakat yang baik dan penuh nuansa kemanusiaan.
Ketiga: Dosa menghilangkan nikmat dan menggantikannya dengan bencana.
Allah swt. selalu menceritakan bahwa diazabnya umat-umat terdahulu adalah karena mereka berbuat dosa. Dalam surat Al Ankabuut ayat 40 Allah SWT berfirman:
فَكُلًّا أَخَذْنَا بِذَنْبِهِ فَمِنْهُمْ مَنْ أَرْسَلْنَا عَلَيْهِ حَاصِبًا وَمِنْهُمْ مَنْ أَخَذَتْهُ الصَّيْحَةُ وَمِنْهُمْ مَنْ خَسَفْنَا بِهِ الْأَرْضَ وَمِنْهُمْ مَنْ أَغْرَقْنَا وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيَظْلِمَهُمْ وَلَكِنْ كَانُوا أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ(العنكبوت40)
"Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya, maka di antara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil dan di antara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, dan di antara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan di antara mereka ada yang Kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri."
أَلَمْ يَرَوْا كَمْ أَهْلَكْنَا مِنْ قَبْلِهِمْ مِنْ قَرْنٍ مَكَّنَّاهُمْ فِي الْأَرْضِ مَا لَمْ نُمَكِّنْ لَكُمْ وَأَرْسَلْنَا السَّمَاءَ عَلَيْهِمْ مِدْرَارًا وَجَعَلْنَا الْأَنْهَارَ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهِمْ فَأَهْلَكْنَاهُمْ بِذُنُوبِهِمْ وَأَنْشَأْنَا مِنْ بَعْدِهِمْ قَرْنًا ءَاخَرِينَ(الأنعام6)
"Apakah mereka tidak memperhatikan berapa banyaknya generasi-generasi yang telah Kami binasakan sebelum mereka, padahal (generasi itu), telah Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, yaitu keteguhan yang belum pernah Kami berikan kepadamu, dan Kami curahkan hujan yang lebat atas mereka dan Kami jadikan sungai-sungai mengalir di bawah mereka, kemudian Kami binasakan mereka karena dosa mereka sendiri, dan kami ciptakan sesudah mereka generasi yang lain." (QS. Al-An’am: 6)
Kaum Muslimin rahimakumullah.
Kesimpulannya adalah bahwa tidak mungkin individu yang kotor, yang hidup di alam dosa, akan melahirkan masyarakat yang baik. Karena itu jalan satu-satunya untuk membangun  masyarakat yang bersih dan beradab, penuh dengan nuansa tolong-menolong dalam kebaikan dan ketaqwaan, yang jauh dari kerjasama dalam keburukan dan dosa, adalah hanya dengan kembali kepada fitrah. Kembali bersungguh-sungguh mentaati Allah dan mengagungkan-Nya. Kembali meramaikan masjid, mengajakan keluarga, anak-anak untuk menunaikan sholat sebagai kewajiban kita kepada Allah yang tak boleh dilalaikan, mempelajari Al-Quran, membacnya dan memahaminya, mengendalikan nafsu dari dosa-dosa, menundukkan syetan, menghidupkan malam-malam dengan qiyamullail, seperti suasana selama Ramadhan.
Ramadhan telah menjadi contoh kehidupan hakiki dan kepribadian hakiki seorang muslim sejati. Itulah rahasia mengapa Allah SWT menjadikan amalan-amalan Ramadhan sebagai tangga menuju taqwa: la’allakum tattaquun? Itu tidak lain karena dari ramadhan akan lahir kesadaran maksimal seorang muslim sebagai hamba Allah. Kesadaran yang menebarkan kasih sayang kepada seluruh manusia, menyelamatkan mereka dari kedzaliman dan aniaya, mengajak mereka kembali kepada Allah, karena itulah fitrah manusia yang hakiki.
بارك الله لي ولكم في القرآن العظيم ، ونفعني وإياكم بما فيه من الآيات والذكر الحكيم ، أقول قولي هذا فاستغفروه إنه هو الغفور الرحيم 
 
Khutbah kedua
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِاْلاِتِّحَادِ وَاْلاِعْتِصَامِ بِحَبْلِ اللهِ الْمَتِيْنِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ، إِيَّاهُ نَعْبُدُ وَإِيَّاُه نَسْتَعِيْنُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَلْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. عِبَادَ الله، اِتَّقُوا اللهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ وَسَارِعُوْا إِلَى مَغْفِرَةِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
Hadirin sidang sholat jumat yang dimuliakan Allah
Merupakan suatu Sunnah dari Rasulullah saw. untuk mengiringi puasa ramadhan dengan puasa enam hari di bulan Syawal.
Diriwayatkan dari Abu Ayyub Al-Anshari radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah saw.  bersabda : مَنْ صاَمَ رَمَضَانَ، ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالَ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ
“Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan, lalu ia mengiringinya dengan puasa enam hari di bulan Syawal, maka ia seperti puasa selama setahun”. (HR. Muslim no.1164, Abu Dawud 2433, Tirmidzi 759)
Dari Tsauban radliyallaahu ‘anhu, Rasulullah saw. bersabda :
  مَنْ صَامَ رَمَضَانَ فَشَهْرٌ بِعَشَرَةِ أَشْهُرٍ وَصِيَامُ سِتَّةِ أَيَّامٍ بَعْدَ الْفِطْرِ فَذَلِكَ تَمَامُ السَّنَةِ
”Barangsiapa berpuasa di bulan Ramadhan maka puasa sebulan itu sama dengan sepuluh bulan; dan dengan puasa enam hari setelah berbuka (‘Idul-Fithri), maka ia melengkapi puasa setahun”.(HR. An-Nasa’i dalam As-Sunan Al-Kubra, no. 2860 & 2861, Ibnu Majah no. 1715, Ahmad : 5/280)
Imam Nawawi rahimahullah menjelaskan maksud hadits di atas dengan mengatakan: ”Para ulama mengatakan bahwa hal itu sebanding dengan puasa setahun kerana satu kebaikan balasannya sepuluh kali lipat dan puasa sebulan Ramadlan sama dengan puasa sepuluh bulan, sedang puasa enam hari sama dengan puasa dua bulan. Keterangan ini juga terdapat pada hadits marfu’ dalam kitab An-Nasa’i”. (Syarah Muslim, 3/238)
 إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَقَرَابَتِهِ وَأَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّاتِهِ أَجْمَعِيْنَ. اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ جَمِيْعَ وُلاَةَ الْمُسْلِمِيْنَ، وَانْصُرِ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَأَهْلِكِ الْكَفَرَةَ وَالْمُشْرِكِيْنَ وَأَعْلِ كَلِمَتَكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَيَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ. اَللَّهُمَّ افْتَحْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمِنَّا بِالْحَقِّ وَاَنْتَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ. اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَناَ الَّذِى هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَ الَّتِى فِيْهَا مَعَاشُنَا وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِى فِيْهَا مَعَادُنَا وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِى كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شرٍّ . رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.


للّهُ menitipkan keimanan pd kita. Dari sekian banyak keyakinan yang ada dan berkembang di bumi, hanya Islam yg diridhoi اَللّهُ sebagaimana tertulis di Al Qur’an.“Sesungguhnya agama (yang diridai) di sisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barang siapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.” (Ali ‘Imran(3):19) dan Ali ‘Imran(3):85,“Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.”
Al Qur’an merupakan mukjizat yg diberikan pd Rasululloh SAW dan اَللّهُ sendiri sdh menyatakan bahwa Al Qur’an akan selalu terjaga keaslian dan kemurniannya. “Dan bacakanlah apa yang diwahyukan kepadamu, yaitu kitab Tuhan-mu (Al Qur’an). Tidak ada (seorang pun) yang dapat mengubah kalimat-kalimat-Nya. Dan kamu tidak akan dapat menemukan tempat berlindung selain daripada-Nya.” (Al Kahfi(18):27)
Bagaimana dg agama lainnya? Untuk agama-agama lain maka اَللّهُ ridho hanya pada masanya. Namun setelah Rasululloh SAW membawa syiar Islam, maka hanya Islam yg ditegaskan hanya diridhoi-Nya.
Sesungguhnya iman terkadang naik kadang turun. Oleh karenanya, iman harus selalu dicharge agar keimanannya mantap dan kian menguat. Salah satu caranya dg mengaji, menghadiri majelis taklim, berkumpul dan bergaul dengan orang2 yg akhlaknya baik, hidup berdasar Al Qur’an dan Sunnah.
Sesungguhnya orang2 yg memeluk selain Islam sesungguhnya dalam keadaan merugi, apabila mereka mati tanpa meyakini dan memeluk Islam. Hal yang sama bagi orang2 yg murtad (keluar dari Islam) dan lalu mati dalam keadaan kafir. “Mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan Haram. Katakanlah: “Berperang dalam bulan itu adalah dosa besar; tetapi menghalangi (manusia) dari jalan Allah, kafir kepada Allah, (menghalangi masuk) Masjidilharam dan mengusir penduduknya dari sekitarnya, lebih besar (dosanya) di sisi Allah. Dan berbuat fitnah lebih besar (dosanya) daripada membunuh. Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup. Barang siapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.” (Al Baqarah(2):217)
Banyak kaum muslim menganggap sholat jumat sebagai sholat sunnah. Ini bisa kita lihat, masih banyak laki2 yg tdk melakukannya dan memilih melakukan aktivitas lain. Padahal ini wajib bagi laki2. “Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan sembahyang pada hari Jumat, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” (Al Jumu’ah(62):9)
Hal paling sulit yang diterima oleh manusia, baik orang muslim terlebih orang kafir adalah menerima kebenaran. Banyak orang yang tahu kebenaran, tapi belum tentu mau mengakui dan menerimanya.
Rasululloh SAW sendiri mengisaratkan bahwa hati/qolbu memegang peranan penting. Hal ini dikarenakan hati akan menyuarakan kebenaran meski tubuh kita menolak. An-Nu’man bin Basyir berkata, “Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda, ‘Yang halal itu jelas dan yang haram itu jelas, dan di antara keduanya terdapat hal-hal musyabbihat (syubhat / samar, tidak jelas halal-haramnya), yang tidak diketahui oleh kebanyakan manusia. Barangsiapa yang menjaga hal-hal musyabbihat, maka ia telah membersihkan kehormatan dan agamanya. Dan, barangsiapa yang terjerumus dalam syubhat, maka ia seperti penggembala di sekitar tanah larangan, hampir-hampir ia terjerumus ke dalamnya. Ketahuilah bahwa setiap raja mempunyai tanah larangan, dan ketahuilah sesungguhnya tanah larangan Allah adalah hal-hal yang diharamkan-Nya. Ketahuilah bahwa di dalam tubuh ada sekerat daging. Apabila daging itu baik, maka seluruh tubuh itu baik; dan apabila sekerat daging itu rusak, maka seluruh tubuh itu pun rusak. Ketahuilah, dia itu adalah hati.’” (HR. Bukhori)
Dari berita2 yang muncul dan bisa kita baca, orang non muslim yg masuk Islam biasanya orang2 yg pintar, punya kemapanan yg baik. Sehingga mereka tidak akan mudah tergiur dengan iming2 kekayaan. Sementara orang Islam yg murtad, biasanya karena hal2 ‘remeh’, misalnya diberi mie instan, lalu ditawari pekerjaan (meski dg gaji rendah).
Keimanan yg sudah ada pd diri kita hendaknya selalu dijaga+dipertahankan (minimal). Lebih baik jika kita bisa selalu tingkatkan dari waktu ke waktu.
Kehidupan dunia sesungguhnya melenakan,dan sebaik-baik adalah kehidupan di akhirat dan sebaik-baik bekal adalah takwa.
“Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui.” (Al ‘Ankabuut(29):64)
“…Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal.” (Al Baqarah(2):197)



Mukmin yg sebenarnya adalah yg mengikuti perintah اَللّهُ dan menjauhi larangan-Nya, baik secara lahir (sudah dilakukan) maupun batin (berupa niat atau pikiran jahat).
- “Sesungguhnya seorang mukmin mengambil (melaksanakan) adab dari Allah. Kalau Allah meluaskan adab baginya maka akan luas adabnya dan menyempitkannya (menahan dan tidak memberinya adab) maka sempitlah adabnya.” (HR. Al Hakim)
“Barangsiapa menyenangi amalan kebaikannya dan menyedihkan (bersedih dengan) keburukannya maka dia adalah seorang mukmin.” (HR. Al Hakim)
“Tidak ada orang yang lebih mulia di sisi Allah dari seorang mukmin.” (HR. Ath-Thabrani)
Rasululloh SAW sendiri menyatakan kekagumannya kepada kaum mukmin dengan hadits berikut,“Aku mengagumi seorang mukmin. Bila memperoleh kebaikan dia memuji Allah dan bersyukur. Bila ditimpa musibah dia memuji Allah dan bersabar. Seorang mukmin diberi pahala dalam segala hal walaupun dalam sesuap makanan yang diangkatnya ke mulut isterinya.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud) Dengan kata lain, apapun kondisinya, seorang mukmin akan selalu memuji اَللّهُ dan bersyukur atas apa2 yg dia terima.
Seorang mukmin hendaklah menjadi pribadi yang kuat, tidak saja dari keimanan (mental) namun juga fisik. “Seorang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih disukai Allah daripada seorang mukmin yang lemah dalam segala kebaikan. Peliharalah apa-apa yang menguntungkan kamu dan mohonlah pertolongan Allah, dan jangan lemah semangat (patah hati). Jika ditimpa suatu musibah janganlah berkata, “Oh andaikata aku tadinya melakukan itu tentu berakibat begini dan begitu”, tetapi katakanlah, “Ini takdir Allah dan apa yang dikehendaki Allah pasti dikerjakan-Nya.” Ketahuilah, sesungguhnya ucapan: “andaikata” dan “jikalau” membuka peluang bagi (masuknya) karya (kerjaan) setan.” (HR. Muslim)
Orang yang mempunyai akhlak yang baik namun tidak memiliki aqidah Islam ibarat bayangan tubuh yang (sifatnya) tidak kekal karena dia akan hilang pada saat ada cahaya menerpa dirinya.
Seorang mukmin akan saling menguatkan saudaranya sesama mukmin,“Seorang mukmin terhadap mukmin lainnya seumpama bangunan saling mengokohkan satu dengan yang lain. (Kemudian Rasulullah Saw merapatkan jari-jari tangan beliau).”(Mutafaq’alaih)
Rasululloh SAW menjadikan akhlak sebagai pokok risalah. Haditsnya“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” (HR. Al Bazzaar)
Pertanyaannya, mengapa akhlak mesti disempurnakan? Karena yg memberatkan timbangan (kebajikan) di akhirat kelak hanyalah takwa pd اَللّهُ dan akhlak yg baik.“Tidak ada sesuatu yang lebih berat dalam timbangan (pada hari kiamat) dari akhlak yang baik.” (HR. Abu Dawud)
Meskipun seorang muslim/mukmin suka beribadah, akan tapi jika akhlaknya jelek terhadap tetangganya,maka dia tidak akan disukai اَللّهُ dan Rasul-Nya,“Barangsiapa ingin disenangi Allah dan rasulNya hendaklah berbicara jujur, menunaikan amanah dan tidak mengganggu tetangganya. (HR. Al-Baihaqi).
Di hadits lain disebut “Dari Abu Hurairoh rodhiallohu ‘anhu, sesungguhnya Rosululloh sholallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda: “Barang siapa yang beriman kepada Alloh dan hari akhirat, maka hendaklah ia berkata baik atau diam. Dan barang siapa yang beriman kepada Alloh dan hari akhirat, maka hendaklah iamemuliakan tetangganya. Dan barang siapa yang beriman kepada Alloh dan hari akhirat hendaklah ia memuliakan tamunya.” (HR. Bukhori dan Muslim)
Bahkan salah satu tanda kiamat tiba adalah hubungan dan perilaku yg buruk terhadap tetangganya.
“Demi yang jiwa Muhammad dalam genggaman-Nya. Tiada tiba kiamat melainkan telah merata dan merajalela dengan terang-terangan segala perbuatan mesum dan keji, pemutusan hubungan kekeluargaan, beretika (berakhlak) buruk dengan tetangga, orang yang jujur (amanat) dituduh berkhianat, dan orang yang khianat diberi amanat (dipercaya).” (HR. Al Hakim)
“Belum akan datang kiamat sehingga seorang membunuh tetangganya, saudaranya dan ayahnya. (HR. Bukhari)
Orang yg berada di naungan akhlak yg mulia maka dia akan:
- menjadi orang yg punya kualitas & penilaian yg baik di mata اَللّهُ
- terhindar dr hal2 buruk
An-Nu’man bin Basyir berkata, “Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda, ‘Yang halal itu jelas dan yang haram itu jelas, dan di antara keduanya terdapat hal-hal musyabbihat (syubhat / samar, tidak jelas halal-haramnya), yang tidak diketahui oleh kebanyakan manusia. Barangsiapa yang menjaga hal-hal musyabbihat, maka ia telah membersihkan kehormatan dan agamanya. Dan, barangsiapa yang terjerumus dalam syubhat, maka ia seperti penggembala di sekitar tanah larangan, hampir-hampir ia terjerumus ke dalamnya. Ketahuilah bahwa setiap raja mempunyai tanah larangan, dan ketahuilah sesungguhnya tanah larangan Allah adalah hal-hal yang diharamkan-Nya. Ketahuilah bahwa di dalam tubuh ada sekerat daging. Apabila daging itu baik, maka seluruh tubuh itu baik; dan apabila sekerat daging itu rusak, maka seluruh tubuh itu pun rusak. Ketahuilah, dia itu adalah hati.’” (HR. Bukhori)





Marilah kita bersyukur pd اَللّهُ yg telah mengijinkan kita utk datang ke masjid, rumah-Nya, dalam rangka menuaikan sholat jumat. Tidak semua orang diijinkan اَللّهُ untuk hadir di rumah-Nya. Ada yang tidak diberi kesehatan (sakit), ada juga yg tidak diberi hidayah, ada juga yg disibukkan dengan hal2 lain. Untuk itu hendaknya kita tingkatkan kualitas iman dan takwa dari hari ke hari sebagai tanda kita bersyukur pada-Nya.
Akhlak adalah hiasan hidup manusia. Dengan akhlak manusia bisa bahagia, terhormat, dan juga senang. Tipe akhlak yg bisa mewujudkan hal di atas adalah akhlak Rasululloh SAW, yakni akhlak yang digambarkan pada surat Al Fath(48):29,“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka, kamu lihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar.”
Dan sesungguhnya Rasululloh SAW adalah pribadi terbaik dengan akhlak terbaik, sebagaimana firman اَللّهُ di Al Ahzab(33):21,”Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”
Sebagaimana tertulis pada surat Al Fath di atas, akhlak Rasululloh SAW sebagai utusan اَللّهُ tidak perlu diragukan. Keras thd munkar, lembut thd sesama. Semua hal yg berpotensi menghancurkan iman, maka mesti bersikap keras dan tegas. Dengan demikian jelas sudah bagaimana sikap Rasululloh SAW terhadap orang2 kafir yg berniat menghancurkan Islam.
Namun ada juga orang2 kafir yg mesti dilindungi, yakni orang2 kafir yg TIDAK memerangi kaum muslim, dikenal dengan nama kafir dzimmi. “Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan adil terhadap orang-orang yang tidak memerangi kamu dalam agama dan tidak mengusir kamu dari kampung-kampungmu sebab Allah senang kepada orang-orang yang adil. Allah hanya melarang kamu bersahabat dengan orang-orang yang memerangi kamu dalam agama dan mengusir kamu dari kampung-kampungmu dan saling bantu-membantu untuk mengusir kamu; barangsiapa bersahabat dengan mereka, maka mereka itu adalah orang-orang zalim.” (Al-Mumtahanah(60): 8-9)
Akidah mesti dipertahankan baik dalam kondisi senang dan bahagia ataupun sedih serta susah. Kenyataannya, banyak orang yg bisa memegang (erat) akidah pada saat susah akan tapi mereka gagal mempertahankannya pada saat senang menghampiri mereka. Namun bukan berarti tidak ada yang sebaliknya.
Betapa banyak kaum muslim yg meski hidupnya susah, namun mereka tetap teguh dan kuat menjalankan ibadah kepada اَللّهُ dan menjauhi larangan2-Nya. Namun ada juga yg tergoda akidahnya dengan bujuk rayu harta atau malah dengan mie instan saja.
Di sisi lain, ada orang kaya yg tidak sungkan membelanjakan hartanya di jalan اَللّهُ dengan bersedekah, infaq kepada orang2 dan yayasan2 yg membutuhkan. Namun, pada saat bencana datang yg mengakibatkan hartanya habis, maka dia menyalahkan اَللّهُ serta mangkir dari kewajibannya mematuhi dan menjalankan perintah-Nya.
Dan sesungguhnya nikmat terbesar yg bisa didapat oleh kaum muslim adalah pada saat ajal datang, mereka mengucapkan tahlil dengan baik. Itu artinya mereka kembali menghadap اَللّهُ dengan persiapan terbaik, berupa iman masih di dada (insya اَللّهُ).
Sebagai pribadi yang mulia, Rasululloh SAW telah mengajarkan kasih sayang kepada sesama, entah itu sesama manusia ataupun makhluk lain. Kepada sesama muslim, Rasululloh SAW berpesan sebagai berikut:
Dari Yazid bin Asad, katanya: Telah bersabda Rasululloh SAW,”Cintailah sesama manusia sebagaimana kamu mencintai dirimu sendiri.” (HR Bukhari).
“Jangan kamu saling dengki dan iri dan jangan pula mengungkit keburukan orang lain. Jangan saling benci dan jangan saling bermusuhan serta jangan saling menawar lebih tinggi atas penawaran yang lain. Jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara. Seorang muslim adalah saudara muslim lainnya dengan tidak menzhaliminya, tidak mengecewakannya, tidak membohonginya dan tidak merendahkannya. Letak takwa ada di sini (Nabi Saw menunjuk ke dada beliau sampai diulang tiga kali). Seorang patut dinilai buruk bila merendahkan saudaranya yang muslim. Seorang muslim haram menumpahkan darah, merampas harta, dan menodai kehormatan muslim lainnya.” (HR. Muslim)
“Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya, tidak menzaliminya dan tidak mengecewakannya (membiarkannya menderita) dan tidak merusaknya (kehormatan dan nama baiknya).” (HR. Muslim)
Bahkan, kepada kafir dzimmi, Rasululloh SAW melarang untuk mengganggu dan mengusik mereka.
“Barangsiapa mengganggu seorang kafir dzimmi, maka sungguh ia mengganggu saya, dan barangsiapa mengganggu saya, maka sungguh ia mengganggu Allah.”(Riwayat Thabarani)
“Barangsiapa mengganggu seorang kafir dzimmi, maka saya adalah musuhnya, dan barangsiapa memusuhi saya, maka akan saya musuhinya nanti di hari kiamat.”(Riwayat al-Khatib)
“Barangsiapa berlaku zalim kepada seorang kafir ‘ahdi, atau mengurangi haknya, atau memberi beban melebihi kemampuannya, atau mengambil sesuatu daripadanya dengan niat yang tidak baik, maka saya adalah pembelanya nanti di hari kiamat.” (Riwayat Abu Daud)
Rasululloh SAW tidak pernah membalas org2 yg menghina, membenci bahkan menyakiti (secara fisik) beliau dengan perilaku yg sama. Justru beliau membalas dg akhlak yg baik, sehingga orang2 tersebut yg semula membenci beliau justru akhirnya satu persatu masuk Islam. Dalam banyak cerita kita sudah dengar bagaimana sikap Abu Sufyan pada Rasululloh SAW pada saat perang Badr, Uhud. Namun, ketika Rasululloh SAW menaklukkan Mekkah, Abu Sufyan diperlakukan dg baik dan akhirnya malah masuk Islam dan membela Rasululloh SAW dalam menyiarkan agama Islam.
- “Dari Abu Hamzah Anas bin Malik rodhiallohu ‘anhu pelayan Rosululloh sholallahu ‘alaihi wa sallam, dari Nabi sholallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda: “Tidaklah sempurna keimanan salah seorang di antara kamu sehingga ia mencintai bagi saudaranya (sesama muslim) segala sesuatu yang dia cintai bagi dirinya sendiri.”(HR. Bukhori dan Muslim)
“Tiada beriman kepadaku orang yang bermalam (tidur) dengan kenyang sementara tetangganya lapar padahal dia mengetahui hal itu.” (HR. Al Bazzaar)
Cinta yg sebenar-benarnya adalah cinta yg berdasar اَللّهُ serta hanya mengharap ridho اَللّهُ semata. “Paling kuat tali hubungan keimanan ialah cinta karena Allah dan benci karena Allah.” (HR. Ath-Thabrani) Setiap amal baik ataupun jahat akan dicatat dan dibalas oleh اَللّهُ dg adil. “Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya. — Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya pula.” (Al Zalzalah(99):7-8).



Kita melihat bahwa sistem di Indonesia belum melindungi anak-anak dari kejahatan, yang tidak jarang justru datang dari orang terdekat mereka sendiri. Banyak kita baca anak2 di Indonesia menjadi korban kejahatan seksual oleh ayah, kakak, paman dan tetangga mereka sendiri. Bahkan juga ada anak2 (yg beranjak ke jenjang remaja) yg menjadi korban kebuasan seksual teman mereka, entah itu teman sekolah atau malah teman yg baru dikenal dari media sosial (internet).
Itu sebabnya beberapa waktu lalu sempat muncul fatwa haram terhadap facebook. Fatwa ini muncul sebagai bentuk kepedulian ulama terhadap kasus kejahatan yg muncul yg berasal dari media sosial tersebut, meski memang terlalu ‘naif’ juga fatwa tersebut, karena jika facebook dianggap sebagai sumber kejahatan, maka mesti ada fatwa mengharamkan pisau karena menjadi sumber pembunuhan.
Yang menyedihkan dan memprihatinkan, kejahatan terhadap anak dan perempuan di Indonesia kian meningkat tiap tahun. Berdasarkan data, di tahun 2007 ada 642 kasus, th 2008 ada 764 kasus, th 2009 menurun jadi 705 kasus, di 2010 melonjak tajam menjadi 926 kasus, th 2011 menjadi 1075 kasus dan terakhir di tahun 2012 menjadi 1591 kasus.
Ada beberapa penyebab kejahatan terhadap anak dan perempuan terus meningkat.
Pertama, kian banyak dan marak serta mudah diperolehnya materi pornografi. Entah itu majalah yg isinya mengundang hasrat, foto2 perempuan (dan laki2) yg sengaja telanjang di depan kamera. Belum lagi film-film adegan porno yg direkam dan disebarkan di internet. Penyebarannya juga cukup mudah, terutama dengan kian menjamurnya smartphone, menjadikan banyak laki2 (mayoritas, maksudnya) mudah untuk berpikiran kotor. Jika sudah beristri, barangkali masih ada ‘keringanan’, bahwa dia bisa melampiaskan syahwatnya pada istrinya. Bagaimana jika belum beristri? Pergi ke kompleks pelacuran, seks bebas, atau malah memperkosa akan menjadi jalan keluar bagi mereka.
Kedua, rumah tangga yg tidak harmonis. Banyak penyebab rumah tangga tidak harmonis, mulai dari sisi keuangan yg tidak membaik sementara kebutuhan meningkat, lalu suami yg tidak peduli dg kondisi keluarga. Perselingkuhan juga menjadi faktor pemicu rumah tangga yg tidak harmonis. Ujung2nya anak dan perempuan juga yg menjadi korban.
Ketiga, kian memudarnya tingkat ketakwaan kepada اَللّهُ dengan berbagai alasan. Ada yg karena mengejar dunia, ada yg tidak sinkron antara ibadah dengan perilaku sehari-hari. Padahal ketakwaan adalah rem yg paling efektif bagi kaum muslim untuk mencegah berbuat aksi yg menjurus pada kemunkaran, keji, dan kemaksiatan.
Rasululloh SAW menyatakan bahwa,“Seseorang tidak akan berzina jika saat melakukannya dia mukmin.”(HR Muttafaq ‘Alaih). Maksud dari hadits ini adalah seorang mukmin (yg benar dalam beribadah) tidak akan mungkin melakukan kejahatan dan kemaksiatan.
Semoga kita terhindar dari perbuatan maksiat dan selalu melindungi orang2 terdekat kita dari kejahatan yg selalu bergentayangan mencari korban.
Berikut ini beberapa tambahan link yg terkait:
Mengenai pornografi
Akhlak








Islam merupakan agama yg sempurna yang dibawa oleh Rasululloh SAW dan juga Nabi dan Rasul sebelum beliau. Hanya Islam yg diakui oleh اَللّهُ sebagai agama, sebagaimana ayat berikut,“Sesungguhnya agama (yang diridai) di sisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barang siapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.” (Ali ‘Imran(3):19) dan Ali ‘Imran(3):85,“Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.”
Muslim(ah), orang2 yg memeluk agama Islam disebut sbg umat terbaik oleh اَللّهُ dalam Al Qur’an, Al Baqarah(2):143,“Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Dan Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. Dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia.”
Kenapa umat muslim disebut sebagai umat terbaik karena kaum muslim memiliki sifat2 yg selalu menyeru pada kebajikan, menjauhi kemunkaran serta beriman hanya pada اَللّهُ semata. Beberapa perilaku kaum muslim bisa terlihat pada ayat-ayat berikut:
“Mereka bertanya kepadamu tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah: “Apa saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan.” Dan apa saja kebajikan yang kamu buat, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahuinya.” (Al Baqarah(2):215)
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (Ali ‘Imran(3):104)
“Mereka beriman kepada Allah dan hari penghabisan mereka menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar dan bersegera kepada (mengerjakan) pelbagai kebajikan; mereka itu termasuk orang-orang yang saleh.”(Ali ‘Imran(3):114)
“(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (Ali ‘Imran(3):134)
Ciri2 lain dari umat terbaik adalah:
1. keras terhadap orang kafir“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka, kamu lihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar.” (Al Fath(48):29)
Dan sesungguhnya orang Nasrani dan Yahudi tidak akan ridho kepada kaum muslim hingga kaum muslim mengikuti mereka. “Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)”. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.” (Al Baqarah(2):120)
Namun tidak semua orang kafir layak diperangi. Ada juga orang2 kafir yg mesti dilindungi, yakni orang2 kafir yg TIDAK memerangi kaum muslim, dikenal dengan nama kafir dzimmi. “Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan adil terhadap orang-orang yang tidak memerangi kamu dalam agama dan tidak mengusir kamu dari kampung-kampungmu sebab Allah senang kepada orang-orang yang adil. Allah hanya melarang kamu bersahabat dengan orang-orang yang memerangi kamu dalam agama dan mengusir kamu dari kampung-kampungmu dan saling bantu-membantu untuk mengusir kamu; barangsiapa bersahabat dengan mereka, maka mereka itu adalah orang-orang zalim.” (Al-Mumtahanah(60): 8-9)
Bahkan ada larangan dari Rasululloh SAW kepada kaum muslim utk tidak mengganggu kafir dzimmi ini:
“Barangsiapa mengganggu seorang kafir dzimmi, maka sungguh ia mengganggu saya, dan barangsiapa mengganggu saya, maka sungguh ia mengganggu Allah.”(Riwayat Thabarani)
“Barangsiapa mengganggu seorang kafir dzimmi, maka saya adalah musuhnya, dan barangsiapa memusuhi saya, maka akan saya musuhinya nanti di hari kiamat.”(Riwayat al-Khatib)
“Barangsiapa berlaku zalim kepada seorang kafir ‘ahdi, atau mengurangi haknya, atau memberi beban melebihi kemampuannya, atau mengambil sesuatu daripadanya dengan niat yang tidak baik, maka saya adalah pembelanya nanti di hari kiamat.” (Riwayat Abu Daud)
2. Saling kasih sayang sesama muslim. Perumpamaan org Islam adalah seperti 1 tubuh. Jika ada saudara muslim yg kena musibah, kita bantu semaksimal mungkin. Jika tidak bisa membantu materi, maka minimal membantu dg doa.
Rasulullah s.a.w. bersabda: ” Seorang muslim adalah saudara muslim yang lain, ia tidak akan menzaliminya dan tidak akan menyerahkannya (kepada musuh). Barang siapa berusaha memenuhi keperluan saudaranya maka Allah akan memenuhi keperluannya. Barang siapa yang menghilangkan kesusahan dari seorang muslim maka dengan hal itu Allah akan menghilangkan salah satu dari kesusahannya di hari kiamat. Barang siapa yang menutupi aib (keburukan) seorang muslim maka Allah akan menutupi aibnya di hari kiamat.” (HR Bukhari dan Muslim).
- “Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.” (Al Hujuraat(49):10)
Hadis riwayat Nukman bin Basyir ra., ia berkata:”Rasulullah saw. bersabda: Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal saling kasih, saling menyayang dan saling cinta adalah seperti sebuah tubuh, jika salah satu anggotanya merasa sakit, maka anggota-anggota tubuh yang lain ikut merasakan sulit tidur dan demam.”(Shahih Muslim No.4685)
Hadis riwayat Abu Musa ra. dia berkata:” Rasulullah saw. bersabda: Seorang mukmin terhadap mukmin yang lain adalah seperti sebuah bangunan di mana bagiannya saling menguatkan bagian yang lain.” (Shahih Muslim No.4684)
Salah satu praktik bahwa sesama muslim bersaudara adalah dengan menebarkan salam dan bersilaturahim.
3.Banyak ruku dan sujud, hanya mengharap ridho اَللّهُ semata, menjauhi maksiat dan mematuhi perintah2 اَللّهُ terutama yg wajib.
“Hai Maryam, taatlah kepada Tuhanmu, sujud dan rukuklah bersama orang-orang yang rukuk.” (Ali ‘Imran(3):43)
“Mereka itu adalah orang-orang yang bertobat, yang beribadah, yang memuji (Allah), yang melawat, yang rukuk, yang sujud, yang menyuruh berbuat makruf dan mencegah berbuat mungkar dan yang memelihara hukum-hukum Allah. Dan gembirakanlah orang-orang mukmin itu.” (At Taubah(9):112)
























Dalam kajian tasawuf, syukur merupakan salah 1 kunci sukses hidup di dunia dan akhirat. Malah ada yg menyebutkan kedudukannya jg lbh tinggi dari sabar dantawakal.
Bagi yg hidupnya sehat maka sudah selayaknya kita bersyukur atas nikmat tersebut. Karena begitu banyak saudara2 kita yg kondisinya tidak seberuntung kita, kurang sehat baik dari sisi jasmani maupun rohani.
Syukur merupakan perwujudan terima kasih kepada ALLOH SWT atas segala nikmat yg diterima. Bahkan di dalam surat Ar Rahman(55),berulangkali ditanyakan,Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?”
Menurut salah seorang ulama, kata syukur dapat ditemukan sebanyak 75 kali dlm Al Quran. Kata syukur selalu disandingkan dg kufur, yg merupakan lawan katanya.contoh di surat Ibrahim(14):7,“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”.”
Dengan demikian, maka hakikat syukur: memanfaatkan nikmat sesuai dengan tujuan yg memberi. Kufur: mengingkari dan menyembunyikan nikmat yg diterima (baik sengaja maupun tidak sengaja).
Contoh nikmat yg bisa digunakan sesuai dengan tujuan yg memberi: umur panjang dan kesehatan. Nikmat ini hrs dimanfaatkan dg sebaik+baiknya, misalnya banyak berbuat kebajikan dan menghindari maksiat. Cara lain misalnya mencari ilmu (yg baik) sebanyak2nya dan diterapkan di masyarakat sehingga berguna.
Sebaik-baik manusia: panjang umur dan punya banyak amal kebaikan.
Setidaknya ada 3 cara bersyukur:
1. syukur dg hati terhadap pemberian yg diterima dari ALLOH SWT dg hal2 kevajikan
2. syukur dg ucapan, dengan mengatakan hamdalah untuk setiap nikmat dan rejeki yg diterima. catatan penting: yang mesti dilihat adalah yg memberi nikmat, bukan tipe/jenis/ukuran nikmat/pemberiannya. walau sedikit, yang penting berkah. sudah banyak contoh orang yg hartanya banyak tapi hidupnya tidak bahagia.
3. syukur dg anggota badan, dengan cara tiap anggota tubuh mesti melakukan kebajikan dan hindari maksiat.
Rasululloh SAW selalu minta agar diberi kemampuan untuk bersykur utk tiap nikmat yg diterima beliau, sebagaimana doa berikut ini.

Merenungi Sejenak Perjalanan Abadi Manusia
       الْحَمْدُ للهِ، خَلَقَ الخَلْقَ وَقَدَّرَ الأَشْيَاءَ، وَاصْطَفَى مِنْ عِبَادِهِ الرُّسُلَ وَالأَنْبِيَاءَ، بِهِمْ نَتَأَسَّى وَنَقْتَدِي، وَبِهُدَاهُمْ نَهْـتَدِي، أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ بِمَا هُوَ لَهُ أَهْـلٌ مِنَ الحَمْدِ وَأُثْنِي عَلَيْهِ، وَأُومِنُ بِهِ وَأَتَوَكَّلُ عَلَيْهِ، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْـلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللهِ وَرَسُولُهُ، أَنْزَلَ عَلَيْهِ رَبُّهُ القُرآنَ المُبِينَ؛ بَلاَغًا لِقَوْمٍ عَابِدِينَ، وَجَعَلَ رِسَالَتَهُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ، صلى الله عليه وسلم وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِينَ، وَالتَّابِعِينَ لَهُمْ بإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ    أَمَّا بَعْدُ فيل أيها المسلمون أوصي نفسي و إياكم بتقوى الله فقد فاز المتقون
Kaum Muslimin Jamaah Sholat Jumat yang dirahmati Allah
Di tengah kehidupan yang senantiasa bergulir, jumat demi jumat berlalu, seiring itu juga khutbah demi khutbah kita perdengarkan dan menyirami sejenak hati yang penuh ketundukan dan mengharapkan keridhoaan Allah. Kesadaran kemudian muncul dengan tekad untuk menjadi hamba yang Allah yang taat. Namun kadangkala dengan rutinitas yang kembali mengisi hari-hari kita kesadaran itu kembali tumpul bahkan luntur. Oleh sebab itulah melalui mimbar jumat ini khotib kembali mengajak marilah kita berupaya secara sungguh-sungguh memperbaharui keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah, memperbaharui kembali komitmen kita kepada Allah yang sering kita ulang-ulang namun jarang diresapi, sebuah komitmen yang mestinya menyertai setiap langkah kita:
إِنَّ صَلاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ  لا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأنا من الْمُسْلِمِينَ
Sesungguhnya sholatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagiNya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah termasuk orang orang yang menyerahkan diri.
Kaum Muslimin Jamaah Sholat Jumat yang berbahagia
Imam Ibnu Katsir menyebutkan dalam Tafsirnya bahwa: Suatu ketika Umar bin Khathab ra bertanya kepada seorang sahabat bernama Ubay Ibnu Ka’ab ra tentang taqwa walau hal itu merupakan suatu yang hal yang sangat mereka ketahui, namun bertanya satu sama lainnya di antara mereka dalam rangka mendalaminya adalah hal yang sangat mereka sukai. Kemudian Ubay balik bertanya: “Wahai Umar, pernahkah engkau melalui jalan yang di penuhi duri?” Umar menjawab, "ya, saya pernah melaluinya. Kemudian Ubay bertanya lagi: “Apa yang akan engkau lakukan saat itu?”. Umar menjawab: “Saya akan berjalan dengan sangat berhati-hati, agar tak terkena duri itu”. Lalu Ubayberkata: “Itulah takwa”.
Dari riwayat ini kita dapat mengambil sebuah pelajaran penting, bahwa takwa adalah kewaspadaan, rasa takut kepada Allah, kesiapan diri, kehati-hatian agar tidak terkena duri syahwat dan duri syubhat di tengah perjalanan menuju Allah, menghindari perbuatan syirik, meninggalkan perbuatan maksiat dan dosa, yang kecil maupun yang besar. Serta berusaha sekuat tenaga mentaati dan melaksanakan perintah-perintah Allah dengan hati yang tunduk dan ikhlas.
Hadirin Jama’ah sholat jumat rahimakuullah
Setiap orang beriman pasti akan menyadari bahwa ketika ia hidup di dunia ini, ia akan hidup dalam batas waktu tertentu yang telah ditetapkan oleh penciptanya, Allah SWT. Usia manusia berbeda satu sama lainnya, begitu juga amal dan bekalnya. Setiap orang yang berimanpun amat menyadari bahwa mereka tidak mungkin selamanya tinggal di dunia ini. Mereka memahami bahwa mereka sedang melalui perjalanan menuju kepada kehidupan yang kekal abadi. Sungguh sangat berbeda dan berlawanan sekali dengan kehidupan orang-orang yang tidak beriman. Allah berfirman:
بَلْ تُؤْثِرُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا .  وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَى
"Tetapi kamu (orang-orang kafir) lebih memilih kehidupan duniawi. Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal. (QS. Al-A’la: 16-17)
Sayangnya, kesadaran ini seringkali terlupakan oleh diri kita sendiri. Padahal, bukan tidak mungkin, hari ini, esok, atau lusa, perjalanan itu harus kita lalui, bahkan dengan sangat tiba-tiba. Jiwa manusia yang selalu digoda oleh setan, diuji dengan hawa nafsu, kemalasan bahkan lupa, kemudian menjadi lemah semangat dalam mengumpulkan bekal dan beribadah, membuat kita menyadari sepenuhnya bahwa kita adalah manusia yang selalu membutuhkan siraman-siraman suci berupa Al-Quran, mutiara-mutiara sabda Rosulullah, ucapan hikmah para ulama, bahkan saling menasehati dengan penuh keikhlasan sesama saudara seiman. Sehingga kita tetap berada pada jalan yang benar, istiqomah melalui sebuah proses perjalanan menuju Allah SWT.
Hadirin Jama’ah Sholat Jumat yang dimuliakan Allah
Jika kita membuka kembali lembaran kisah salafus shalih, kita akan menemukan karakteristik amal yang berbeda satu dengan yang lainnya. Ada diantara mereka yang konsent pada bidang tafsir, hadits, fiqih, pembersihan jiwa dan akhlak, atau berbagai macam ilmu pengetahuan lainnya. Namun, satu persamaan yang didapat dari para ulama tersebut, yaitu kesungguhan mereka beramal demi memberikan kontribusi terbaik bagi sesama. Sebuah karya yang tidak hanya bersifat pengabdian diri seorang hamba kepada Penciptanya saja, namun juga mempunyai nilai manfaat luar biasa bagi generasi berikutnya.
Marilah kita renungi firman Allah berikut:
وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu dari (kebahagiaan) negeri akhirat dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi, dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah berbuat kerusakan di muka bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS. Al Qashash: 77).
Hadirin yang dimuliakan Allah
Dari ayat ini kita dapat mengambil pelajaran penting, tentang beberapa prinsip yang perlu kita sadari bersama akan keberadaan kita di dunia ini.
Pertama, prinsip mengutamakan kebahagiaan kehidupan akherat. Prinsip ini menghendaki agar dalam melaksanakan kehidupan di dunia, kita senantiasa mengutamakan pertimbangan nilai akherat. Namun perlu dipahami, mengutamakan kebahagiaan akherat bukan berarti dalam mewujudkan kebahagiaan duniawi diabaikan begitu saja, sebab amal akherat tidak berdiri sendiri dan terlepas dari amal duniawi. Sungguh amat banyak amalan akherat yang berhubungan erat dalam mewujudkan kebahagian duniawi.
Umpamanya sholat, seorang yang melaksanakan shalat dengan tekun dan disiplin bukanlah semata-mata sebagai amal akherat yang tidak berdampak duniawi, sebab bila shalat itu dilaksanakan menurut tuntutan Allah dan rasulNya, yang secara berjamaah, niscaya ia akan banyak memberikan hikmah dalam kehidupan dunia. Dengan shalat yang benar akan dapat mencegah seseorang dari berbuat keji dan munkar. Dengan demikian manusia akan terhindarnya dari perbuatan yang dapat merugikan orang lain, sehingga terciptalah ketenteraman hidup bersama di dunia ini.
Begitu juga dengan infak dan shodaqoh, seorang yang beramal dengan niatan mulia untuk mendapatkan ganjaran berupa pahala dari Allah di akherat, maka dengan hartanya tersebut dapat memberikan manfaat bagi kehidupan orang lain yang membutuhkan.
Kedua prinsip ‘ahsin’ yaitu senantiasa menghendaki kebaikan. Bila seseorang menanamkan prinsip ini dalam dirinya, niscaya ia akan menunjukkan diri sebagai orang yang pada dasarnya selalu menghendaki kebaikan. Ia akan senantiasa berprasangka baik kepada orang lain, selalu berusaha berbuat baik dan  berkata baik dalam pergaulan di kehidupan sehari-hari.
Maka akan selalu tampillah kebaikan demi kebaikan, mempersembahkan sebuah karya terbaiknya untuk kemanfaatan masyarakat disekitarnya, peduli akan kemaslahatan umum, dan meninggalkan sebuah kebaikan yang akan selalu dapat dikenang oleh orang banyak walaupun ia sudah pergi terlebih dahulu menuju kehidupan yang abadi.
Ketiga adalah prinsip walaa tabghil fasada fil ardh’ yaitu prinsip untuk tidak berbuat kerusakan. Bila prinsip ini dipegang teguh, seseorang akan lebih melengkapi prinsip yang kedua, yakni melengkapi upayanya berbuat baik dengan upaya menghindari perbuatan yang merusak. Terjadinya kerusakan alam, kerusakan moral, kerusakan dalam tatanan kehidupan masyarakat sering kali terjadi karena sudah hilangnya kesadaran akan tujuan hidup yang sesungguhnya, sehingga seorang lupa bahwa sesungguhnya ia tidak dibiarkan begitu saja, bahwa ia akan mempertanggung jawabkan segala perbuatannya ketika ia menghadap Allah di akherat kelak.
Hadirin sidang sholat jumat yang dimuliakan Allah
Allah swt mengingatkan kita dengan firmannya:
وَتَزَوَّدُواْ فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى وَاتَّقُونِ يَا أُوْلِي الأَلْبَابِ
Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa.” (QS. Al-Baqoroh: 197)
Walaupun ayat di atas menjelaskan tentang bekal penting dalam perjalanan ibadah haji, namun sesungguhnya ia merupakan gambaran ketika manusia akan menghadap Allah di padang mahsyar kelak, ibadah haji merupakan miniatur gambaran manusia yang akan dikumpulkan di padang mahsyar nanti sebagaimana halnya mereka berkumpul di padang arafah. Maka bekalan utama yang dapat menyelamatkan itu adalah taqwa.
Firman Allah SWT di atas juga memiliki makna tersirat bahwa manusia memiliki dua bentuk perjalanan, yakni perjalanan di dunia dan perjalanan dari dunia. Perjalanan di dunia memerlukan bekal, baik berbentuk makanan, minuman, harta, kendaraaan dan sebagainya. Sementara perjalanan dari dunia juga memerlukan bekal.
Namun perbekalan yang kedua yaitu perbekalan perjalanan dari dunia menuju akhirat, lebih penting dari perbekalan dalam perjalanan pertama yakni perjalanan di dunia. Imam Fachrurrozi dalam dalam tafsirnya menyebutkan ada lima perbandingan antara keduanya:

Pertama, perbekalan dalam perjalanan di dunia, akan menyelamatkan kita dari penderitaan yang belum tentu terjadi. Tapi perbekalan untuk perjalanan dari dunia, akan menyelamatkan kita dari penderitaan yang pasti terjadi.

Kedua, perbekalan dalam perjalanan di dunia, setidaknya akan menyelamatkan kita dari kesulitan sementara, tetapi perbekalan untuk perjalanan dari dunia, akan menyelamatkan kita dari kesulitan yang tiada tara dan tiada habis-habisnya.

Ketiga, perbekalan dalam perjalanan di dunia akan menghantarkan kita pada kenikmatan dan pada saat yang sama mungkin saja kita juga mengalami rasa sakit, keletihan dan kepayahan.
Sementara perbekalan untuk perjalanan dari dunia menuju akhirat, akan membuat kita terlepas dari marabahaya apapun dan terlindung dari kebinasaan yang sia-sia.

Keempat, perbekalan dalam perjalanan di dunia memiliki karakter bahwa kita akan melepaskan dan meninggalkan sesuatu dalam perjalanan. Sementara perbekalan untuk perjalanan dari dunia, memiliki karakter, kita akan lebih banyak menerima dan semakin lebih dekat dengan tujuan.

Kelima, perbekalan dalam perjalanan di dunia akan mengantarkan kita pada kepuasan syahwat dan hawa nafsu. Sementara perbekalan untuk perjalanan dari dunia akan semakin membawa kita pada kesucian dan kemuliaan karena itulah 
sebaik-baik bekal(Tafsir Ar-Raazi 5/168)

Sesungguhnya perjalanan itu cukup berat, dan masih banyak bekal yang perlu disiapkan. Semua kita pasti tahu bekalan yang sudah kita siapkan masing-masing. Jika kita anggap bekalan itu masih kurang, tentu kita tidak akan rela seandainya tidak lama lagi ternyata kita harus segera menempuh perjalanan menuju akhirat itu.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَلَّ اللهُ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

Khutbah Kedua
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. أما بعد : فيا أيها المؤمنون اتقوا الله تعالى قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.
Hadirin siding sholat Jumat yang dimuliakan Allah
Lalu apa yang perlu menjadi bahan perhatian kita dalam mempersiapkan bekalan untuk melalui perjalan dari dunia ini menuju ke kehidupan yang abadi di akherat?
Untuk itu minimal ada tiga hal yang perlu menjadi bahan perhatian kita bersama.
Pertama, bekal berupa keimanan yang benar dan kokoh, aqidah yang bersih dan suci dari unsur-unsur  kesyirikan. Meyakini dengan sebenarnya, bahwa Allah adalah tuhan yang Esa, kepada-Nya sajalah tempat bergantung, Ia adalah Pencipta, Pemberi rezeki, Pengatur alam semesta, kemudian memurnikan ibadah kepada-Nya, ikhlas dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban yang telah Ia perintahkan oleh Allah. Allah berfirman:
أَنَّمَا إِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَمَن كَانَ يَرْجُو لِقَاء رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا )110(
"Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa." Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya." (QS Al-Kahfi: 110)
Kedua, kesungguhan dalam amal sholeh dan dalam menangkap segala peluang kebajikan. Seperti halnya perjalanan jauh yang akan dilalui, jika tidak disertai dengan kesungguhan dalam mengatur waktu dan mempersiapkan segala sesuatunya, maka boleh jadi ia akan tertinggal, bahkan tersesat dan kebingungan. Sesungguhnya apa yang dilakukan seseorang adalah berpulang untuk dirinya sendiri. Allah berfirman:  
مَن كَانَ يَرْجُو لِقَاء اللَّهِ فَإِنَّ أَجَلَ اللَّهِ لَآتٍ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ  . وَمَن جَاهَدَ فَإِنَّمَا يُجَاهِدُ لِنَفْسِهِ إِنَّ اللَّهَ لَغَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ
Barangsiapa yang mengharap pertemuan dengan Allah, maka sesungguhnya waktu (yang dijanjikan) Allah itu, pasti datang. Dan Dialah Yang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui. Barangsiapa yang bersungguh-sungguh (berjihad), maka sesungguhnya kesungguhan  itu (jihadnya) adalah untuk dirinya sendiri. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam. (QS. Al-Ankabut: 5-6)

Hadirin sidang jumat yang berbahagia
Kemudian penting halnya juga untuk menangkap setiap peluang amal di sekitar kita, meski amal itu sederhana dan tidak datang setiap waktu. Cukuplah menjadi pelajaran kita bersama tentang kisah seorang pelacur yang rela mengambilkan minum untuk seekor anjing yang kehausan, padahal ia sendiri sedang dahaga luar biasa, namun dengan amalan itu ternyata dapat mengantarkan dirinya ke surga. Meski terkesan sederhana, dan jarang terjadi, namun berefek dapat menghapuskan dosa pelakunya.
Mahasuci Allah, kesempatan seperti ini memang tidak datang dua kali, namun pasti akan kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Hanya saja, perlu kejelian dan kesungguhan hati dalam mengenalinya.
Ketiga dan terakhir, mewaspadai akan hilangnya bekal yang telah dikumpulkan, lantaran sikap kita terhadap orang lain. Inilah kerugian yang besar, jika hilangnya bekal di dunia, masih ada kesempatan untuk dicari kembali, namun jika hilangnya bekal itu di akhirat bagaimana mungkin untuk mengumpulkannya kembali, sedang hisab telah menunggu.
Dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah saw suatu ketika bertanya kepada para sahabat: “Tahukah kalian siapakah orang yang rugi?” Maka para sahabat menjawab: “orang yang rugi di antara kami adalah orang yang tidak mempunyai uang dan harta. Maka Rasulullah saw menjawab, “bukan itu, akan tetapi orang yang rugi dari umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan (pahala) sholat, puasa dan zakatnya, namun dahulu di dunianya dia telah mencela si fulan, menuduh si fulan, memakan harta si fulan, menumpahkan darah si fulan dan telah memukul orang lain dengan tanpa hak, maka diberikan pahala kebaikannya kepada orang tersebut, dan kepada si fulan yang lain diberikan pula pahala kebaikannya yang lain, maka apabila kebaikannya sudah habis sebelum dia melunasi segala dosanya, maka kesalahan si fulan yang dizalimi di dunia itu dibebankan kepadanya, kemudian dia dilemparkan ke api neraka. (HR. Muslim)
Sungguh inilah kerugian yang besar dan amat menyedihkan. Bekalan yang sudah disiapkan semasa di dunia, tidak dapat menolongnya sama sekali. Maka kebersihan hati, kebersihan ucapan, kebersihan sikap, berbaik sangka kepada sesama orang beriman harus selalu ditanamkan di dalam hati masing-masing, agar setiap kebaikan yang telah dilakukan tidak hilang sia-sia.
Kerugian lain adalah kerugian karena memikul dosa yang berat. Begitulah bagi mereka orang-orang yang mendustakan bertemu dengan penciptanya karena terlena dengan kenikmatan dunia. Allah berfirman:  
قَدْ خَسِرَ الَّذِينَ كَذَّبُواْ بِلِقَاء اللّهِ حَتَّى إِذَا جَاءتْهُمُ السَّاعَةُ بَغْتَةً قَالُواْ يَا حَسْرَتَنَا عَلَى مَا فَرَّطْنَا فِيهَا وَهُمْ يَحْمِلُونَ أَوْزَارَهُمْ عَلَى ظُهُورِهِمْ أَلاَ سَاء مَا يَزِرُونَ . وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلاَّ لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَلَلدَّارُ الآخِرَةُ خَيْرٌ لِّلَّذِينَ يَتَّقُونَ أَفَلاَ تَعْقِلُونَ

“Sungguh telah rugilah orang-orang yang mendustakan pertemuan mereka dengan Tuhan; sehingga apabila kiamat datang kepada mereka dengan tiba-tiba, mereka berkata: "Alangkah besarnya penyesalan kami, terhadap kelalaian kami tentang kiamat itu!", sambil mereka memikul dosa-dosa di atas punggungnya. Ingatlah, amat buruklah apa yang mereka pikul itu. Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?” (QS. Al-An’am: 31-32)
Begitulah juga ungkapan penyesalan yang disampaikan di dalam Al-Quran:
يَا لَيْتَنِي قَدَّمْتُ لِحَيَاتِي
“Duhai, alangkah baiknya kiranya aku dahulu mengerjakan (amal saleh) untuk hidupku ini.”(QS Al-Fajr:24).
Dalam ayat yang lain Allah mengingatkan:
وَكُلُّهُمْ آتِيهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَرْدًا
“Dan tiap-tiap mereka orang akan datang kepada Allah pada hari qiyamat dengan sendiri-sendiri.” (QS. Maryam: 95)
Maka seharusnya setiap orang yang beriman benar-benar memberikan perhatian besar dalam mempersiapkan diri dan mengumpulkan bekal untuk menghadapi hari yang kekal dan abadi itu. Karena pada hakikatnya, hari inilah masa depan manusia yang sesungguhnya. Allah berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah disiapkannya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS. Al-Hasyr:18).
Dan yang terakhir khatib tutup khutbah ini dengan firman Allah:
لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا فِي هَذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةٌ وَلَدَارُ الْآخِرَةِ خَيْرٌ وَلَنِعْمَ دَارُ الْمُتَّقِينَ (30) جَنَّاتُ عَدْنٍ يَدْخُلُونَهَا تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ لَهُمْ فِيهَا مَا يَشَاءُونَ كَذَلِكَ يَجْزِي اللَّهُ الْمُتَّقِينَ
Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini mendapat (pembalasan) yang baik. Dan sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik dan itulah sebaik-baik tempat bagi orang yang bertakwa, (yaitu) syurga 'Adn yang mereka masuk ke dalamnya, mengalir di bawahnya sungai-sungai, di dalam surga itu mereka mendapat segala apa yang mereka kehendaki. Demikianlah Allah memberi balasan kepada orang-orang yang bertakwa. (QS. An-Nahl: 30-31)
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ. اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ باَطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar