Melestarikan
Pelajaran Penting dari Ramadhan
Marilah kita mantapkan kembali
keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT. Taqwa yang merupakan tujuan dari
ibadah puasa yang telah kita laksanakan pada bulan ramadhan yang lalu, maka
pada bulan syawal ini, marilah nilai ketaqwaan itu senantiasa kita hadirkan dan
terus kita jaga dengan menjalankan keta’atan kepada Allah dengan kontinyu dan
senantiasa juga mampu menahan diri dari larangan Alah.
يا أيها
الذين آمنوا اتقو الله حق تقاته ولا تموتن إلا وأنتم مسلمون
“Wahai orang-orang yang beriman,
bertaqwalah kepada Allah dengan sebenar-benarnya taqwa dan janganlah kalian
mati kecuali dalam keadan sebagi seorang muslim”.
Hadirin Jamaah sholat Jumat yang berbahagia.
Kita patut bersyukur kepada Allah
kerena kita semua telah melewati bulan suci Ramadhan, bulan mulia yang kita
merasakan keberkahannya, penuh dengan maghfiroh dan rahmat Allah, dalam arti
kita telah berhasil menjalankan perintah Allah dengan penuh ikhlas, kita
telah berpuasa dan memperbanyak ibadah semata-mata hanya karena Allah. Kita
patut pulaberbahagia, karena di samping telah berhasil menabung pahala,
dosa-dosa kitapun yang telah berlalu insya Allah diampuni oleh Allah SWT.
sebagaimana hal ini dijamin oleh Rasulullah saw dalam sabdanya::
من صـــام رمضــان ايمــانا
واحتســابا غفـر له ماتقدّم من ذنــبه
Artinya :
"Barang siapa menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan semata-mata
karena Allah dan mengharap ganjaran dari pada-Nya, maka diampunilah
dosa-dosanya yang telah lalu."
Hadirin
Sidang Sholat Jumat rahimakullah
Lalu
muncul pertanyaan yang patut menjadi renungan kita bersama adalah: Bagaimana
kita menyikapi hari-hari kita ke depan, setelah kita kembali kepada fitrah dan
kesucian?
Ramadhan sebagai titik tolak kembali
kepada fitrah sejati. Bahwa dari Madrasah Ramadhan kita bangun komitmen
ketaatan bukan hanya untuk satu tahun ke depan, namun juga kita bangun komitmen
ketaatan seumur hidup seperti ketaatan selama Ramadhan. Dalam surat An-Nahl 92,
Allah berfirman:
وَلَا تَكُونُوا كَالَّتِي نَقَضَتْ
غَزْلَهَا مِنْ بَعْدِ قُوَّةٍ أَنْكَاثًا
“Dan
janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah
dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali”.
Ini merupakan sebuah pelajaran yang
sangat mahal. Allah menceritakan kisah seorang wanita yang hidupnya sia-sia,
dari pagi hingga petang ia memintal benang, ketika
pintalan itu selesai, ia cerai-beraikan kembali. Sungguh sangat disayangkan
perbuatan itu. Ayat itu bukan hanya mengisyaratkan namun menjelaskan larangan
Allah, agar akhlak wanita tersebut tidak terulang kembali, dan dilakukan oleh
hambah-Nya yang beriman. Oleh sebab itulah Nabi kita Muhammad saw banyak
mengingatkan umatnya dengan sabdanya: "Qul aamantu billahi tsummastaqim”
Artinya: “Katakanlah aku beriman
kepada Allah dan beristiqamahlah (konsistenlah).
Hadirin yang dimuliakan Allah
Dari Ramadhan setidaknya kita
menjadapat 4 pelajaran penting yang harus dipertahankan prestasinya dan
dilestraikan dalam hidup sehari-hari oleh setiap pribadi beriman, sehingga
menjadi pribadi yang selalu bersih dan fitri, pribadi yang menjaga diri dan
keluarganya dari api neraka sehingga dengannya pula kelak akan lahir masyarakat
yang bersih pula.
Pelajaran Pertama yang dapat kita ambil dari
nilai-nilai ramadhan adalah: Menjauhi harta yang haram.
Selama Ramadhan kita telah berpuasa
dari yang halal. Maka tidak ada alasan bagi kita untuk mengambil yang haram.
Marilah kita perhatikan firman Allah
dalam Al Qur’an surat Al-Maidah ayat ke-100 :
قُلْ لَا يَسْتَوِي الْخَبِيثُ
وَالطَّيِّبُ وَلَوْ أَعْجَبَكَ كَثْرَةُ الْخَبِيثِ فَاتَّقُوا اللَّهَ يَاأُولِي
الْأَلْبَابِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ (المائدة: 100 )
“Katakanlah, “Tidak sama yang buruk
dengan yang baik, meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu, maka
bertaqwalah kepada Allah hai orang-orang berakal, agar kamu mendapat
keberuntungan.” (QS. Al Maidah: 100)
Dalam ayat ini Allah menjelaskan
bahwa harta haram itu sebagai al-khobits atau kotoran yang menjijikan. Artinya
seandainya harta haram itu Allah perlihatkan berupa kotoran niscaya manusia
yang berakal tidak akan mengambilnya. Karena yang khobist itu tidak akan pernah
sama dengan ath-thayyib atau yang halal dan baik sekalipun jumlahnya jauh lebih
sedikit. Karena yang khobits merusak tatanan kehidupan, sementara yang thayyib
menumbuhkan dan menyebarkan kebaikan. Oleh sebab itu Allah lalu perintahkan
agar bertaqwa: fattaqullah yaa ulil albaab. Artinya bahwa
taqwa tidak akan tercapai selama seseorang masih mengkonsumsi harta haram.
Dengan kata lain, hanya dengan menjauhi harta haram seseorang akan sampai
kepada level taqwa. Bila masing-masing pribadi bertaqwa, otomatis rumah tangga
akan bersih dari harta haram. Bila rumah tangga bersih dari harta haram, secara
otomatis pula masyarakat akan bersih dan lebih dari itu Allah akan melimpahkan
keberkahan-Nya.
Allah berfirman:
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى
ءَامَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ
وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ(الأعراف96)
"Jikalau sekiranya penduduk
negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada
mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami)
itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. " (QS. Al A’raf: 96)
Kaum Muslimin Jamaah Sholat Jumat
yang berbahagia
Pelajatan Yang Kedua: Mengendalikan nafsu dari
maksiat .
Selama Ramadhan kita telah berhasil
mengendalikan nafsu dari maksiat. Itu menunjukkan bahwa nafsu sebenarnya sangat
lemah. Bahwa manusia bukan makhluk yang dikendalikan oleh nafsu, melainkan
dialah yang mengendalikan nafsunya.
Ia tidak boleh makan apa saja tanpa
membedakan mana yang halal dan mana yang haram. Ia juga tidak boleh berbuat apa
saja tanpa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Kita dapat
menyaksikan di tengah masyarakat yang dibimbing nafsunya belaka, mereka
menyebar makanan dan minuman haram, bahkan hal itu dianggap biasa. Bukan hanya
itu, perzinaan dihalalkan tanpa merasa berdosa sedikitpun. Inilah masyarakat
yang rapuh. Dalam Al Qur’an Allah selalu menceritakan hancurnya kaum-kaum
terdahulu adalah karena mereka hidup di atas kebebasan nafsunya. Mereka tidak
menggunakan akal yang telah Allah karuniakan kepada mereka . Al Quran
menggambarkan:
وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ
كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ لَهُمْ قُلُوبٌ لَا يَفْقَهُونَ بِهَا
وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ ءَاذَانٌ لَا يَسْمَعُونَ بِهَا
أُولَئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُولَئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ
(الأعراف179)
"Dan sesungguhnya Kami jadikan
untuk isi neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai
hati, tetapi tidak dipergunakan untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka
mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda
kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya
untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan
mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. (QS. Al A’raf:
179)
Dalam surat An Nazi’at ayat 40-41,
Allah swt. menegaskan bahwa hanya dengan takut kepada Allah secara jujur
seseorang bisa mengendalikan nafsunya, Allah berfirman:
وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ
وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى(40) فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى(41)
"Dan adapun orang-orang yang
takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya,
maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal (nya)." (QS. An Nazi’at: 40-41)
Ini menunjukkan bahwa dalam diri
manusia ada dua kekuatan yang saling tarik menarik. Kekuatan nafsu dan kekuatan
takut kepada Allah berupa iman. Bila takutnya kepada Allah lebih kuat, maka
terkendalikanlah nafsu. Sebaliknya bila takutnya kepada Allah lebih lemah, maka
nafsu akan lebih dominan. Bila nafsu yang dominan, maka ia utamakan dunia di
atas akhirat. Bahkan ia berani mengorbankan akhiratnya demi dunia. Inilah makna
ayat:
بَلْ تُؤْثِرُونَ الْحَيَاةَ
الدُّنْيَا(16) وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ
وَأَبْقَى(الأعلى17)
"Tetapi kamu (orang-orang
kafir) memilih kehidupan duniawi. Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik
dan lebih kekal."
Kaum Muslimin Yang dimuliakan Allah
Pelajaran ramadhan yang ketiga adalah: Menundukkan Syetan.
Kita telah membuktikan selama
Ramadhan bahwa setan dijadikan lemah dan tidak berdaya. Kita menjumpai
masjid-masjid menjadi ramai selama Ramadhan. Di berbagai tempat, rumah-rumah,
kantor-kantor dan di pusat-pusat ibadah, terdengar suara mendengung orang-orang
sedang membaca dan tadarus Al-Qur’an. Itu semua adalah bukti nyata bahwa setan
sebenarnya sangat lemah. Dalam surat An-Nisa ayat 76 Allah menegaskan:
إِنَّ كَيْدَ الشَّيْطَانِ كَانَ
ضَعِيفًا
“Sesungguhnya tipu daya setan itu
sungguh lemah.”
Maka tidak pantas orang-orang yang
mengaku beriman kepada Allah dan hari akherat ia masih mengikuti ajakan dan
bisikan-bisikan syetan.
Kita wajib menundukan syetan karena
beberapa sebab:
Yang Pertama : Setan adalah musuh
yang nyata. Dan ia selalu mempengaruhi seseorang agar keluar dari jalan yang
lurus, dan meniti jalan yang sesat bersamanya menuju neraka, Allah befirman:
إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ
فَاتَّخِذُوهُ عَدُوًّا إِنَّمَا يَدْعُو حِزْبَهُ لِيَكُونُوا مِنْ أَصْحَابِ
السَّعِيرِ(فاطر6)
"Sesungguhnya syaitan itu
adalah musuh bagimu, maka jadikanlah ia sebagai musuh, karena sesungguhnya
syaitan-syaitan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni
neraka yang menyala-nyala."
قَالَ رَبِّ بِمَا أَغْوَيْتَنِي
لَأُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِي الْأَرْضِ وَلَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ (الحجر39)
Iblis berkata: “Ya Tuhanku, oleh
sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat pasti aku akan menjadikan mereka
memandang baik (perbuatan ma`siat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan
mereka semuanya.
Sebab Kedua : Setan mengajak kepada
permusuhan, melalui minuman khamr dan judi, bahkan syetan berusaha
menghalang-halangi seseorang agar tidak berdzikir kepada Allah dan tidak
melaksanakan shalat, Allah berfirman:
إِنَّمَا يُرِيدُ الشَّيْطَانُ أَنْ
يُوقِعَ بَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةَ وَالْبَغْضَاءَ فِي الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِ
وَيَصُدَّكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَعَنِ الصَّلَاةِ فَهَلْ أَنْتُمْ
مُنْتَهُونَ(91)
"Sesungguhnya syaitan itu
bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran
(meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan
melaksanakan sholat; maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan
itu".
Ketiga : Setan selalu menakut-nakuti
dengan kemiskinanm supaya seseorang tidak berinfaq, dan selalu mempengaruhi
agar seseorang berbuat keji dan zina, Allah berfirman:
الشَّيْطَانُ يَعِدُكُمُ الْفَقْرَ
وَيَأْمُرُكُمْ بِالْفَحْشَاءِ وَاللَّهُ يَعِدُكُمْ مَغْفِرَةً مِنْهُ وَفَضْلًا
وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ (البقرة 268)
"Syaitan menjanjikan
(menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan
(kikir); sedang Allah menjanjikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan
Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui." (QS. Al-Baqoroh: 268)
Kaum Muslimin Jamaah Sholat jumat
yang berbahagia
Pelajaran terakhir yang dapat kita ambil selama
belajar di bulan ramadhan adalah: Meninggalkan dosa-dosa dan kemaksiatan .
Ramadhan adalah bulan perjuangan
menjauhi dosa-dosa. Dan setidaknya kita telah berhasil membuktikan selama
Ramadhan untuk meninggalkan segala bentuk dosa dan kemaksiatan. Bahkan kita
berusaha menjauhi sekecil apapun perbuatan yang sia-sia. Kita berusaha secara
maksimal untuk menjadikan setiap detik yang kita lewati memberikan makna dan
menjadi ibadah kepada Allah swt. Setiap saat lidah kita basah dengan dzikir,
jauh dari pembicaraan dusta dan kebohongan. Pandangan kita selalu tertuju
kepada ayat-ayat Al Qur’an dan terjaga dari segala yang diharamkan. Langkah
kaki kita senantiasa terhantar menuju masjid. Tangan kita banyak memberikan
sedekah dan seterusnya.
Masyarakat yang jauh dari dosa-dosa
dan kemaksiatan adalah masyarakat yang berkah. Sebaliknya masyarakat yang penuh
dengan dosa-dosa dan kemaksiatan adalah masyarakat yang rentan. Ibarat tubuh
penuh dengan penyakit dan kotoran yang menjijikkan. Maka ia tidak produktif dan
bahkan tidak bisa diharapkan darinya kebaikan. Imam Ibn Qayyim Al Jauziyah
dalam bukunya yang sangat terkenal “al jawaabul kaafii liman sa’ala ‘anid
dawaaisy syaafii” menyebutkan beberapa bahaya dosa, di antaranya sebagai
berikut:
Pertama: Dosa memperlemah kesadaran
akan keagungan Allah dalam hati.
Artinya, seorang yang penuh dengan
dosa-dosa tidak akan bersungguh-sungguh lagi mengagungkan Allah. Kaki terasa
berat untuk melangkah ke masjid. Badan terasa sulit untuk bangun pada waktu
fajar menegakkan shalat subuh. Telinga tidak suka lagi mendengarkan ayat-ayat
Al Qur’an, lama kelamaan hati menjadi keras seperti batu bahkan bisa lebih
keras dari pada itu. Maka ia hilanglah rasa sensitive atau tidak tergetar lagi
dengan keagungan Allah. Allah berfirman:
ثُمَّ قَسَتْ قُلُوبُكُمْ مِنْ بَعْدِ
ذَلِكَ فَهِيَ كَالْحِجَارَةِ أَوْ أَشَدُّ قَسْوَةً وَإِنَّ مِنَ الْحِجَارَةِ
لَمَا يَتَفَجَّرُ مِنْهُ الْأَنْهَارُ وَإِنَّ مِنْهَا لَمَا يَشَّقَّقُ
فَيَخْرُجُ مِنْهُ الْمَاءُ وَإِنَّ مِنْهَا لَمَا يَهْبِطُ مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ
وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ(البقرة 74)
"Kemudian setelah itu hati
kalian menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. Padahal di antara
batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai daripadanya dan di
antaranya sungguh ada yang terbelah, lalu keluarlah mata air daripadanya dan di
antaranya sungguh ada yang meluncur jatuh, karena takut kepada Allah. Dan Allah
sekali-kali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan". (QS. Al-Baqoroh:
74)
Kedua: Dosa membuat
seseorang tidak mempunyai rasa malu.
Artinya, bahwa seseorang
yang terbiasa berbuat dosa, lama-kelamaan tidak merasa berdosa.
Bahkan ia tidak merasa malu berbuat dosa di depan siapapun. Bila rasa malu
hilang maka hilanglah kebaikan. Rosulullah bersabda: “Rasa malu itu semuanya
baik”. Maksud hadits ini adalah: bahwa semakin kuat rasa malu dalam diri
seseorang akan semakin menyebar darinya kebaikan. Dengan demikian masyarakat
yang mempunyai rasa malu adalah masyarakat yang baik dan penuh nuansa
kemanusiaan.
Ketiga: Dosa menghilangkan nikmat
dan menggantikannya dengan bencana.
Allah swt. selalu menceritakan bahwa
diazabnya umat-umat terdahulu adalah karena mereka berbuat dosa. Dalam surat Al
Ankabuut ayat 40 Allah SWT berfirman:
فَكُلًّا أَخَذْنَا بِذَنْبِهِ
فَمِنْهُمْ مَنْ أَرْسَلْنَا عَلَيْهِ حَاصِبًا وَمِنْهُمْ مَنْ أَخَذَتْهُ
الصَّيْحَةُ وَمِنْهُمْ مَنْ خَسَفْنَا بِهِ الْأَرْضَ وَمِنْهُمْ مَنْ
أَغْرَقْنَا وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيَظْلِمَهُمْ وَلَكِنْ كَانُوا أَنْفُسَهُمْ
يَظْلِمُونَ(العنكبوت40)
"Maka masing-masing (mereka
itu) Kami siksa disebabkan dosanya, maka di antara mereka ada yang Kami
timpakan kepadanya hujan batu kerikil dan di antara mereka ada yang ditimpa
suara keras yang mengguntur, dan di antara mereka ada yang Kami benamkan ke
dalam bumi, dan di antara mereka ada yang Kami tenggelamkan, dan Allah
sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang
menganiaya diri mereka sendiri."
أَلَمْ يَرَوْا كَمْ أَهْلَكْنَا مِنْ
قَبْلِهِمْ مِنْ قَرْنٍ مَكَّنَّاهُمْ فِي الْأَرْضِ مَا لَمْ نُمَكِّنْ لَكُمْ
وَأَرْسَلْنَا السَّمَاءَ عَلَيْهِمْ مِدْرَارًا وَجَعَلْنَا الْأَنْهَارَ تَجْرِي
مِنْ تَحْتِهِمْ فَأَهْلَكْنَاهُمْ بِذُنُوبِهِمْ وَأَنْشَأْنَا مِنْ بَعْدِهِمْ
قَرْنًا ءَاخَرِينَ(الأنعام6)
"Apakah mereka tidak
memperhatikan berapa banyaknya generasi-generasi yang telah Kami binasakan
sebelum mereka, padahal (generasi itu), telah Kami teguhkan kedudukan mereka di
muka bumi, yaitu keteguhan yang belum pernah Kami berikan kepadamu, dan Kami
curahkan hujan yang lebat atas mereka dan Kami jadikan sungai-sungai mengalir
di bawah mereka, kemudian Kami binasakan mereka karena dosa mereka sendiri, dan
kami ciptakan sesudah mereka generasi yang lain." (QS. Al-An’am: 6)
Kaum Muslimin rahimakumullah.
Kesimpulannya adalah bahwa tidak
mungkin individu yang kotor, yang hidup di alam dosa, akan melahirkan
masyarakat yang baik. Karena itu jalan satu-satunya untuk
membangun masyarakat yang bersih dan beradab, penuh dengan nuansa
tolong-menolong dalam kebaikan dan ketaqwaan, yang jauh dari kerjasama dalam
keburukan dan dosa, adalah hanya dengan kembali kepada fitrah. Kembali
bersungguh-sungguh mentaati Allah dan mengagungkan-Nya. Kembali meramaikan
masjid, mengajakan keluarga, anak-anak untuk menunaikan sholat sebagai
kewajiban kita kepada Allah yang tak boleh dilalaikan, mempelajari Al-Quran,
membacnya dan memahaminya, mengendalikan nafsu dari dosa-dosa, menundukkan
syetan, menghidupkan malam-malam dengan qiyamullail, seperti suasana selama
Ramadhan.
Ramadhan telah menjadi contoh
kehidupan hakiki dan kepribadian hakiki seorang muslim sejati. Itulah rahasia
mengapa Allah SWT menjadikan amalan-amalan Ramadhan sebagai tangga menuju
taqwa: la’allakum tattaquun? Itu tidak lain karena dari
ramadhan akan lahir kesadaran maksimal seorang muslim sebagai hamba Allah.
Kesadaran yang menebarkan kasih sayang kepada seluruh manusia, menyelamatkan
mereka dari kedzaliman dan aniaya, mengajak mereka kembali kepada Allah, karena
itulah fitrah manusia yang hakiki.
بارك الله لي ولكم في القرآن العظيم ،
ونفعني وإياكم بما فيه من الآيات والذكر الحكيم ، أقول قولي هذا فاستغفروه إنه هو
الغفور الرحيم
Khutbah
kedua
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ
أَمَرَنَا بِاْلاِتِّحَادِ وَاْلاِعْتِصَامِ بِحَبْلِ اللهِ الْمَتِيْنِ. أَشْهَدُ
أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ، إِيَّاهُ نَعْبُدُ
وَإِيَّاُه نَسْتَعِيْنُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ،
اَلْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ
وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. عِبَادَ الله، اِتَّقُوا اللهَ مَا
اسْتَطَعْتُمْ وَسَارِعُوْا إِلَى مَغْفِرَةِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
Hadirin sidang sholat jumat yang
dimuliakan Allah
Merupakan suatu Sunnah dari
Rasulullah saw. untuk mengiringi puasa ramadhan dengan puasa
enam hari di bulan Syawal.
Diriwayatkan dari Abu Ayyub
Al-Anshari radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah saw. bersabda
: مَنْ صاَمَ رَمَضَانَ، ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا
مِنْ شَوَّالَ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ
“Barangsiapa yang berpuasa di bulan
Ramadhan, lalu ia mengiringinya dengan puasa enam hari di bulan Syawal, maka ia
seperti puasa selama setahun”. (HR. Muslim no.1164, Abu Dawud 2433, Tirmidzi 759)
Dari Tsauban radliyallaahu
‘anhu, Rasulullah saw. bersabda :
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ فَشَهْرٌ
بِعَشَرَةِ أَشْهُرٍ وَصِيَامُ سِتَّةِ أَيَّامٍ بَعْدَ الْفِطْرِ فَذَلِكَ
تَمَامُ السَّنَةِ
”Barangsiapa berpuasa di bulan
Ramadhan maka puasa sebulan itu sama dengan sepuluh bulan; dan dengan puasa
enam hari setelah berbuka (‘Idul-Fithri), maka ia melengkapi puasa setahun”.(HR. An-Nasa’i dalam As-Sunan
Al-Kubra, no. 2860 & 2861, Ibnu Majah no. 1715, Ahmad : 5/280)
Imam Nawawi rahimahullah menjelaskan
maksud hadits di atas dengan mengatakan: ”Para ulama mengatakan bahwa hal itu
sebanding dengan puasa setahun kerana satu kebaikan balasannya sepuluh kali
lipat dan puasa sebulan Ramadlan sama dengan puasa sepuluh bulan, sedang puasa
enam hari sama dengan puasa dua bulan. Keterangan ini juga terdapat pada
hadits marfu’ dalam kitab An-Nasa’i”. (Syarah Muslim,
3/238)
إِنَّ
اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ
ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ
وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَقَرَابَتِهِ
وَأَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّاتِهِ أَجْمَعِيْنَ. اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ جَمِيْعَ
وُلاَةَ الْمُسْلِمِيْنَ، وَانْصُرِ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَأَهْلِكِ
الْكَفَرَةَ وَالْمُشْرِكِيْنَ وَأَعْلِ كَلِمَتَكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ
وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ قَرِيْبٌ
مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَيَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ. اَللَّهُمَّ افْتَحْ بَيْنَنَا
وَبَيْنَ قَوْمِنَّا بِالْحَقِّ وَاَنْتَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ. اَللَّهُمَّ
أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَناَ الَّذِى هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا وَأَصْلِحْ لَنَا
دُنْيَانَ الَّتِى فِيْهَا مَعَاشُنَا وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِى
فِيْهَا مَعَادُنَا وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِى كُلِّ خَيْرٍ
وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شرٍّ . رَبَّنَا آتِنَا فِي
الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. عِبَادَ
اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي
الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ
لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ
وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.
للّهُ menitipkan keimanan pd kita. Dari sekian banyak
keyakinan yang ada dan berkembang di bumi, hanya Islam yg diridhoi اَللّهُ
sebagaimana tertulis di Al Qur’an.“Sesungguhnya agama (yang diridai) di sisi
Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali
sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di
antara mereka. Barang siapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka
sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.” (Ali ‘Imran(3):19) dan Ali
‘Imran(3):85,“Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka
sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat
termasuk orang-orang yang rugi.”
Al Qur’an merupakan mukjizat yg diberikan pd Rasululloh SAW
dan اَللّهُ sendiri sdh menyatakan bahwa Al Qur’an akan selalu terjaga keaslian
dan kemurniannya. “Dan bacakanlah apa yang diwahyukan kepadamu, yaitu
kitab Tuhan-mu (Al Qur’an). Tidak ada (seorang pun) yang dapat mengubah
kalimat-kalimat-Nya. Dan kamu tidak akan dapat menemukan tempat berlindung
selain daripada-Nya.” (Al Kahfi(18):27)
Bagaimana dg agama lainnya? Untuk agama-agama lain maka
اَللّهُ ridho hanya pada masanya. Namun setelah Rasululloh SAW membawa syiar
Islam, maka hanya Islam yg ditegaskan hanya diridhoi-Nya.
Sesungguhnya iman terkadang naik kadang turun. Oleh
karenanya, iman harus selalu dicharge agar keimanannya mantap dan kian menguat.
Salah satu caranya dg mengaji, menghadiri majelis taklim, berkumpul dan bergaul
dengan orang2 yg akhlaknya baik, hidup berdasar Al Qur’an dan Sunnah.
Sesungguhnya orang2 yg memeluk selain Islam sesungguhnya
dalam keadaan merugi, apabila mereka mati tanpa meyakini dan memeluk Islam. Hal
yang sama bagi orang2 yg murtad (keluar dari Islam) dan lalu mati dalam keadaan
kafir. “Mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan Haram.
Katakanlah: “Berperang dalam bulan itu adalah dosa besar; tetapi menghalangi
(manusia) dari jalan Allah, kafir kepada Allah, (menghalangi masuk)
Masjidilharam dan mengusir penduduknya dari sekitarnya, lebih besar (dosanya)
di sisi Allah. Dan berbuat fitnah lebih besar (dosanya) daripada membunuh.
Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan
kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup. Barang siapa
yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka
mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah
penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.” (Al Baqarah(2):217)
Banyak kaum muslim menganggap sholat jumat sebagai sholat
sunnah. Ini bisa kita lihat, masih banyak laki2 yg tdk melakukannya dan memilih
melakukan aktivitas lain. Padahal ini wajib bagi laki2. “Hai
orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan sembahyang pada hari
Jumat, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual
beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” (Al
Jumu’ah(62):9)
Hal paling sulit yang diterima oleh manusia, baik orang
muslim terlebih orang kafir adalah menerima kebenaran. Banyak orang yang tahu
kebenaran, tapi belum tentu mau mengakui dan menerimanya.
Rasululloh SAW sendiri mengisaratkan bahwa hati/qolbu
memegang peranan penting. Hal ini dikarenakan hati akan menyuarakan kebenaran
meski tubuh kita menolak. An-Nu’man bin Basyir berkata, “Saya mendengar
Rasulullah saw. bersabda, ‘Yang halal itu jelas dan yang haram itu jelas, dan
di antara keduanya terdapat hal-hal musyabbihat (syubhat / samar, tidak jelas
halal-haramnya), yang tidak diketahui oleh kebanyakan manusia. Barangsiapa yang
menjaga hal-hal musyabbihat, maka ia telah membersihkan kehormatan dan
agamanya. Dan, barangsiapa yang terjerumus dalam syubhat, maka ia seperti
penggembala di sekitar tanah larangan, hampir-hampir ia terjerumus ke dalamnya.
Ketahuilah bahwa setiap raja mempunyai tanah larangan, dan ketahuilah
sesungguhnya tanah larangan Allah adalah hal-hal yang diharamkan-Nya.
Ketahuilah bahwa di dalam tubuh ada sekerat daging. Apabila daging itu baik,
maka seluruh tubuh itu baik; dan apabila sekerat daging itu rusak, maka seluruh
tubuh itu pun rusak. Ketahuilah, dia itu adalah hati.’” (HR. Bukhori)
Dari berita2 yang muncul dan bisa kita baca, orang non
muslim yg masuk Islam biasanya orang2 yg pintar, punya kemapanan yg baik.
Sehingga mereka tidak akan mudah tergiur dengan iming2 kekayaan. Sementara
orang Islam yg murtad, biasanya karena hal2 ‘remeh’, misalnya diberi mie
instan, lalu ditawari pekerjaan (meski dg gaji rendah).
Keimanan yg sudah ada pd diri kita hendaknya selalu
dijaga+dipertahankan (minimal). Lebih baik jika kita bisa selalu tingkatkan
dari waktu ke waktu.
Kehidupan dunia sesungguhnya melenakan,dan sebaik-baik
adalah kehidupan di akhirat dan sebaik-baik bekal adalah takwa.
- “Dan tiadalah kehidupan dunia ini
melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya
kehidupan, kalau mereka mengetahui.” (Al ‘Ankabuut(29):64)
- “…Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik
bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang
berakal.” (Al Baqarah(2):197)
Mukmin yg sebenarnya adalah yg mengikuti perintah اَللّهُ
dan menjauhi larangan-Nya, baik secara lahir (sudah dilakukan) maupun batin
(berupa niat atau pikiran jahat).
- “Sesungguhnya seorang mukmin mengambil
(melaksanakan) adab dari Allah. Kalau Allah meluaskan adab baginya maka akan
luas adabnya dan menyempitkannya (menahan dan tidak memberinya adab) maka
sempitlah adabnya.” (HR. Al Hakim)
- “Barangsiapa menyenangi amalan kebaikannya dan
menyedihkan (bersedih dengan) keburukannya maka dia adalah seorang mukmin.” (HR.
Al Hakim)
- “Tidak ada orang yang lebih mulia di sisi Allah
dari seorang mukmin.” (HR. Ath-Thabrani)
Rasululloh SAW
sendiri menyatakan kekagumannya kepada kaum mukmin dengan hadits berikut,“Aku
mengagumi seorang mukmin. Bila memperoleh kebaikan dia memuji Allah dan
bersyukur. Bila ditimpa musibah dia memuji Allah dan bersabar. Seorang mukmin
diberi pahala dalam segala hal walaupun dalam sesuap makanan yang diangkatnya
ke mulut isterinya.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud) Dengan kata lain,
apapun kondisinya, seorang mukmin akan selalu memuji اَللّهُ dan bersyukur atas
apa2 yg dia terima.
Seorang mukmin hendaklah menjadi pribadi yang kuat, tidak
saja dari keimanan (mental) namun juga fisik. “Seorang mukmin yang kuat
lebih baik dan lebih disukai Allah daripada seorang mukmin yang lemah dalam
segala kebaikan. Peliharalah apa-apa yang menguntungkan kamu dan mohonlah
pertolongan Allah, dan jangan lemah semangat (patah hati). Jika ditimpa suatu
musibah janganlah berkata, “Oh andaikata aku tadinya melakukan itu tentu
berakibat begini dan begitu”, tetapi katakanlah, “Ini takdir Allah dan apa yang
dikehendaki Allah pasti dikerjakan-Nya.” Ketahuilah, sesungguhnya ucapan:
“andaikata” dan “jikalau” membuka peluang bagi (masuknya) karya (kerjaan)
setan.” (HR. Muslim)
Orang yang mempunyai akhlak yang baik namun tidak memiliki
aqidah Islam ibarat bayangan tubuh yang (sifatnya) tidak kekal karena dia akan
hilang pada saat ada cahaya menerpa dirinya.
Seorang mukmin akan saling menguatkan saudaranya sesama
mukmin,“Seorang mukmin terhadap mukmin lainnya seumpama bangunan saling
mengokohkan satu dengan yang lain. (Kemudian Rasulullah Saw merapatkan
jari-jari tangan beliau).”(Mutafaq’alaih)
Rasululloh SAW menjadikan akhlak sebagai pokok risalah.
Haditsnya“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” (HR.
Al Bazzaar)
Pertanyaannya, mengapa akhlak mesti disempurnakan? Karena yg
memberatkan timbangan (kebajikan) di akhirat kelak hanyalah takwa pd اَللّهُ
dan akhlak yg baik.“Tidak ada sesuatu yang lebih berat dalam timbangan (pada
hari kiamat) dari akhlak yang baik.” (HR. Abu Dawud)
Meskipun seorang muslim/mukmin suka beribadah, akan tapi
jika akhlaknya jelek terhadap tetangganya,maka dia tidak akan disukai اَللّهُ
dan Rasul-Nya,“Barangsiapa ingin disenangi Allah dan rasulNya hendaklah
berbicara jujur, menunaikan amanah dan tidak mengganggu tetangganya.“ (HR.
Al-Baihaqi).
Di hadits lain disebut “Dari Abu Hurairoh
rodhiallohu ‘anhu, sesungguhnya Rosululloh sholallahu ‘alaihi wa sallam pernah
bersabda: “Barang siapa yang beriman kepada Alloh dan hari akhirat, maka
hendaklah ia berkata baik atau diam. Dan barang siapa yang beriman kepada Alloh
dan hari akhirat, maka hendaklah iamemuliakan tetangganya. Dan barang
siapa yang beriman kepada Alloh dan hari akhirat hendaklah ia memuliakan
tamunya.” (HR. Bukhori dan Muslim)
Bahkan salah satu tanda kiamat tiba adalah hubungan dan
perilaku yg buruk terhadap tetangganya.
- “Demi yang jiwa Muhammad dalam genggaman-Nya.
Tiada tiba kiamat melainkan telah merata dan merajalela dengan terang-terangan
segala perbuatan mesum dan keji, pemutusan hubungan kekeluargaan, beretika
(berakhlak) buruk dengan tetangga, orang yang jujur (amanat) dituduh
berkhianat, dan orang yang khianat diberi amanat (dipercaya).” (HR. Al
Hakim)
- “Belum akan datang kiamat sehingga seorang
membunuh tetangganya, saudaranya dan ayahnya. (HR. Bukhari)
Orang yg berada di naungan akhlak yg mulia maka dia akan:
- menjadi orang yg punya kualitas & penilaian yg baik di mata اَللّهُ
- terhindar dr hal2 buruk
- menjadi orang yg punya kualitas & penilaian yg baik di mata اَللّهُ
- terhindar dr hal2 buruk
An-Nu’man bin Basyir berkata, “Saya mendengar Rasulullah
saw. bersabda, ‘Yang halal itu jelas dan yang haram itu jelas, dan di antara
keduanya terdapat hal-hal musyabbihat (syubhat / samar, tidak jelas
halal-haramnya), yang tidak diketahui oleh kebanyakan manusia. Barangsiapa yang
menjaga hal-hal musyabbihat, maka ia telah membersihkan kehormatan dan
agamanya. Dan, barangsiapa yang terjerumus dalam syubhat, maka ia seperti
penggembala di sekitar tanah larangan, hampir-hampir ia terjerumus ke dalamnya.
Ketahuilah bahwa setiap raja mempunyai tanah larangan, dan ketahuilah
sesungguhnya tanah larangan Allah adalah hal-hal yang diharamkan-Nya.
Ketahuilah bahwa di dalam tubuh ada sekerat daging. Apabila daging itu baik,
maka seluruh tubuh itu baik; dan apabila sekerat daging itu rusak, maka seluruh
tubuh itu pun rusak. Ketahuilah, dia itu adalah hati.’” (HR. Bukhori)
Marilah
kita bersyukur pd اَللّهُ yg telah mengijinkan kita utk datang ke masjid,
rumah-Nya, dalam rangka menuaikan sholat jumat. Tidak semua orang diijinkan
اَللّهُ untuk hadir di rumah-Nya. Ada yang tidak diberi kesehatan (sakit), ada
juga yg tidak diberi hidayah, ada juga yg disibukkan dengan hal2 lain. Untuk
itu hendaknya kita tingkatkan kualitas iman dan takwa dari hari ke hari sebagai
tanda kita bersyukur pada-Nya.
Akhlak adalah hiasan hidup manusia. Dengan akhlak manusia
bisa bahagia, terhormat, dan juga senang. Tipe akhlak yg bisa mewujudkan hal di
atas adalah akhlak Rasululloh SAW, yakni akhlak yang digambarkan pada surat Al
Fath(48):29,“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama
dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang
sesama mereka, kamu lihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan
keridaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud.
Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil,
yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan
tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya;
tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak
menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin).
Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang
saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar.”
Dan sesungguhnya
Rasululloh SAW adalah pribadi terbaik dengan akhlak terbaik, sebagaimana firman اَللّهُ di Al
Ahzab(33):21,”Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan
yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”
Sebagaimana tertulis pada surat Al Fath di atas, akhlak
Rasululloh SAW sebagai utusan اَللّهُ tidak perlu diragukan. Keras thd munkar,
lembut thd sesama. Semua hal yg berpotensi menghancurkan iman, maka mesti
bersikap keras dan tegas. Dengan demikian jelas sudah bagaimana sikap
Rasululloh SAW terhadap orang2 kafir yg berniat menghancurkan Islam.
Namun ada juga orang2 kafir yg mesti dilindungi, yakni
orang2 kafir yg TIDAK memerangi kaum muslim, dikenal dengan nama kafir dzimmi. “Allah
tidak melarang kamu berbuat baik dan adil terhadap orang-orang yang tidak
memerangi kamu dalam agama dan tidak mengusir kamu dari kampung-kampungmu sebab
Allah senang kepada orang-orang yang adil. Allah hanya melarang kamu bersahabat
dengan orang-orang yang memerangi kamu dalam agama dan mengusir kamu dari
kampung-kampungmu dan saling bantu-membantu untuk mengusir kamu; barangsiapa
bersahabat dengan mereka, maka mereka itu adalah orang-orang zalim.” (Al-Mumtahanah(60):
8-9)
Akidah mesti dipertahankan baik dalam kondisi senang dan
bahagia ataupun sedih serta susah. Kenyataannya, banyak orang yg bisa memegang
(erat) akidah pada saat susah akan tapi mereka gagal mempertahankannya pada
saat senang menghampiri mereka. Namun bukan berarti tidak ada yang sebaliknya.
Betapa banyak kaum muslim yg meski hidupnya susah, namun
mereka tetap teguh dan kuat menjalankan ibadah kepada اَللّهُ dan menjauhi
larangan2-Nya. Namun ada juga yg tergoda akidahnya dengan bujuk rayu harta atau
malah dengan mie instan saja.
Di sisi lain, ada orang kaya yg tidak sungkan membelanjakan
hartanya di jalan اَللّهُ dengan bersedekah, infaq kepada orang2 dan yayasan2
yg membutuhkan. Namun, pada saat bencana datang yg mengakibatkan hartanya
habis, maka dia menyalahkan اَللّهُ serta mangkir dari kewajibannya mematuhi
dan menjalankan perintah-Nya.
Dan sesungguhnya nikmat terbesar yg bisa didapat oleh kaum
muslim adalah pada saat ajal datang, mereka mengucapkan tahlil dengan baik. Itu
artinya mereka kembali menghadap اَللّهُ dengan persiapan terbaik, berupa iman
masih di dada (insya اَللّهُ).
Sebagai pribadi yang mulia, Rasululloh SAW telah mengajarkan
kasih sayang kepada sesama, entah itu sesama manusia ataupun makhluk lain.
Kepada sesama muslim, Rasululloh SAW berpesan sebagai berikut:
- Dari Yazid bin Asad, katanya: Telah bersabda
Rasululloh SAW,”Cintailah sesama manusia sebagaimana kamu mencintai dirimu
sendiri.” (HR Bukhari).
- “Jangan kamu saling dengki dan iri dan jangan pula
mengungkit keburukan orang lain. Jangan saling benci dan jangan saling
bermusuhan serta jangan saling menawar lebih tinggi atas penawaran yang lain.
Jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara. Seorang muslim adalah saudara muslim
lainnya dengan tidak menzhaliminya, tidak mengecewakannya, tidak membohonginya
dan tidak merendahkannya. Letak takwa ada di sini (Nabi Saw menunjuk ke dada
beliau sampai diulang tiga kali). Seorang patut dinilai buruk bila merendahkan
saudaranya yang muslim. Seorang muslim haram menumpahkan darah, merampas harta,
dan menodai kehormatan muslim lainnya.” (HR. Muslim)
- “Seorang muslim adalah saudara bagi muslim
lainnya, tidak menzaliminya dan tidak mengecewakannya (membiarkannya menderita)
dan tidak merusaknya (kehormatan dan nama baiknya).” (HR. Muslim)
Bahkan, kepada kafir dzimmi, Rasululloh SAW melarang untuk
mengganggu dan mengusik mereka.
- “Barangsiapa mengganggu seorang kafir dzimmi, maka
sungguh ia mengganggu saya, dan barangsiapa mengganggu saya, maka sungguh ia
mengganggu Allah.”(Riwayat Thabarani)
- “Barangsiapa mengganggu seorang kafir dzimmi, maka
saya adalah musuhnya, dan barangsiapa memusuhi saya, maka akan saya musuhinya
nanti di hari kiamat.”(Riwayat al-Khatib)
- “Barangsiapa berlaku zalim kepada seorang kafir
‘ahdi, atau mengurangi haknya, atau memberi beban melebihi kemampuannya, atau
mengambil sesuatu daripadanya dengan niat yang tidak baik, maka saya adalah
pembelanya nanti di hari kiamat.” (Riwayat Abu Daud)
Rasululloh SAW tidak pernah membalas org2 yg menghina,
membenci bahkan menyakiti (secara fisik) beliau dengan perilaku yg sama. Justru
beliau membalas dg akhlak yg baik, sehingga orang2 tersebut yg semula membenci
beliau justru akhirnya satu persatu masuk Islam. Dalam banyak cerita kita sudah
dengar bagaimana sikap Abu Sufyan pada Rasululloh SAW pada saat perang Badr,
Uhud. Namun, ketika Rasululloh SAW menaklukkan Mekkah, Abu Sufyan diperlakukan
dg baik dan akhirnya malah masuk Islam dan membela Rasululloh SAW dalam
menyiarkan agama Islam.
- “Dari
Abu Hamzah Anas bin Malik rodhiallohu ‘anhu pelayan Rosululloh sholallahu
‘alaihi wa sallam, dari Nabi sholallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:
“Tidaklah sempurna keimanan salah seorang di antara kamu sehingga ia mencintai
bagi saudaranya (sesama muslim) segala sesuatu yang dia cintai bagi dirinya
sendiri.”(HR. Bukhori dan Muslim)
- “Tiada
beriman kepadaku orang yang bermalam (tidur) dengan kenyang sementara
tetangganya lapar padahal dia mengetahui hal itu.” (HR. Al Bazzaar)
Cinta
yg sebenar-benarnya adalah cinta yg berdasar اَللّهُ serta hanya mengharap
ridho اَللّهُ semata. “Paling kuat tali hubungan keimanan ialah cinta
karena Allah dan benci karena Allah.” (HR. Ath-Thabrani) Setiap amal
baik ataupun jahat akan dicatat dan dibalas oleh اَللّهُ dg adil. “Barang
siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat
(balasan) nya. — Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarah pun,
niscaya dia akan melihat (balasan) nya pula.” (Al Zalzalah(99):7-8).
Kita melihat bahwa sistem di Indonesia belum melindungi
anak-anak dari kejahatan, yang tidak jarang justru datang dari orang terdekat
mereka sendiri. Banyak kita baca anak2 di Indonesia menjadi korban kejahatan
seksual oleh ayah, kakak, paman dan tetangga mereka sendiri. Bahkan juga ada
anak2 (yg beranjak ke jenjang remaja) yg menjadi korban kebuasan seksual teman
mereka, entah itu teman sekolah atau malah teman yg baru dikenal dari media
sosial (internet).
Itu sebabnya beberapa waktu lalu sempat muncul fatwa haram
terhadap facebook. Fatwa ini muncul sebagai bentuk kepedulian ulama terhadap
kasus kejahatan yg muncul yg berasal dari media sosial tersebut, meski memang
terlalu ‘naif’ juga fatwa tersebut, karena jika facebook dianggap sebagai
sumber kejahatan, maka mesti ada fatwa mengharamkan pisau karena menjadi sumber
pembunuhan.
Yang menyedihkan dan memprihatinkan, kejahatan terhadap anak
dan perempuan di Indonesia kian meningkat tiap tahun. Berdasarkan data, di
tahun 2007 ada 642 kasus, th 2008 ada 764 kasus, th 2009 menurun jadi 705
kasus, di 2010 melonjak tajam menjadi 926 kasus, th 2011 menjadi 1075 kasus dan
terakhir di tahun 2012 menjadi 1591 kasus.
Ada beberapa penyebab kejahatan terhadap anak dan perempuan
terus meningkat.
Pertama, kian banyak dan marak serta mudah diperolehnya
materi pornografi. Entah itu majalah yg isinya mengundang hasrat, foto2 perempuan
(dan laki2) yg sengaja telanjang di depan kamera. Belum lagi film-film adegan
porno yg direkam dan disebarkan di internet. Penyebarannya juga cukup mudah,
terutama dengan kian menjamurnya smartphone, menjadikan banyak laki2
(mayoritas, maksudnya) mudah untuk berpikiran kotor. Jika sudah beristri,
barangkali masih ada ‘keringanan’, bahwa dia bisa melampiaskan syahwatnya pada
istrinya. Bagaimana jika belum beristri? Pergi ke kompleks pelacuran, seks
bebas, atau malah memperkosa akan menjadi jalan keluar bagi mereka.
Kedua, rumah tangga yg tidak harmonis. Banyak penyebab rumah
tangga tidak harmonis, mulai dari sisi keuangan yg tidak membaik sementara
kebutuhan meningkat, lalu suami yg tidak peduli dg kondisi keluarga.
Perselingkuhan juga menjadi faktor pemicu rumah tangga yg tidak harmonis.
Ujung2nya anak dan perempuan juga yg menjadi korban.
Ketiga, kian memudarnya tingkat ketakwaan kepada اَللّهُ
dengan berbagai alasan. Ada yg karena mengejar dunia, ada yg tidak sinkron
antara ibadah dengan perilaku sehari-hari. Padahal ketakwaan adalah rem yg
paling efektif bagi kaum muslim untuk mencegah berbuat aksi yg menjurus pada
kemunkaran, keji, dan kemaksiatan.
Rasululloh SAW menyatakan bahwa,“Seseorang tidak akan
berzina jika saat melakukannya dia mukmin.”(HR Muttafaq ‘Alaih). Maksud
dari hadits ini adalah seorang mukmin (yg benar dalam beribadah) tidak akan
mungkin melakukan kejahatan dan kemaksiatan.
Semoga kita terhindar dari perbuatan maksiat dan selalu
melindungi orang2 terdekat kita dari kejahatan yg selalu bergentayangan mencari
korban.
Islam merupakan agama yg sempurna yang dibawa oleh
Rasululloh SAW dan juga Nabi dan Rasul sebelum beliau. Hanya Islam yg diakui
oleh اَللّهُ sebagai agama, sebagaimana ayat berikut,“Sesungguhnya agama
(yang diridai) di sisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang
telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena
kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barang siapa yang kafir terhadap
ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.” (Ali
‘Imran(3):19) dan Ali ‘Imran(3):85,“Barang siapa mencari agama selain agama
Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia
di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.”
Muslim(ah), orang2 yg memeluk agama Islam disebut sbg umat
terbaik oleh اَللّهُ dalam Al Qur’an, Al Baqarah(2):143,“Dan demikian (pula)
Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu
menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi
atas (perbuatan) kamu. Dan Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu
(sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti
Rasul dan siapa yang membelot. Dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa amat
berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah; dan
Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang kepada manusia.”
Kenapa umat muslim disebut sebagai umat terbaik karena kaum
muslim memiliki sifat2 yg selalu menyeru pada kebajikan, menjauhi kemunkaran
serta beriman hanya pada اَللّهُ semata. Beberapa perilaku kaum muslim bisa
terlihat pada ayat-ayat berikut:
- “Mereka bertanya kepadamu tentang apa yang mereka
nafkahkan. Jawablah: “Apa saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan
kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan
orang-orang yang sedang dalam perjalanan.” Dan apa saja kebajikan yang kamu
buat, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahuinya.” (Al Baqarah(2):215)
- “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat
yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari
yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (Ali
‘Imran(3):104)
- “Mereka beriman kepada Allah dan hari penghabisan
mereka menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar dan
bersegera kepada (mengerjakan) pelbagai kebajikan; mereka itu termasuk orang-orang
yang saleh.”(Ali ‘Imran(3):114)
- “(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya),
baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan
memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat
kebajikan.” (Ali ‘Imran(3):134)
Ciri2 lain dari umat terbaik adalah:
1. keras terhadap orang kafir. “Muhammad
itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras
terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka, kamu lihat
mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridaan-Nya, tanda-tanda
mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka
dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang
mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi
besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati
penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir
(dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang
beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala
yang besar.” (Al Fath(48):29)
Dan sesungguhnya orang Nasrani dan Yahudi tidak akan ridho
kepada kaum muslim hingga kaum muslim mengikuti mereka. “Orang-orang
Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama
mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)”.
Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang
kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.” (Al
Baqarah(2):120)
Namun tidak semua orang kafir layak diperangi. Ada juga
orang2 kafir yg mesti dilindungi, yakni orang2 kafir yg TIDAK memerangi kaum
muslim, dikenal dengan nama kafir dzimmi. “Allah tidak melarang kamu
berbuat baik dan adil terhadap orang-orang yang tidak memerangi kamu dalam
agama dan tidak mengusir kamu dari kampung-kampungmu sebab Allah senang kepada
orang-orang yang adil. Allah hanya melarang kamu bersahabat dengan orang-orang
yang memerangi kamu dalam agama dan mengusir kamu dari kampung-kampungmu dan
saling bantu-membantu untuk mengusir kamu; barangsiapa bersahabat dengan
mereka, maka mereka itu adalah orang-orang zalim.” (Al-Mumtahanah(60):
8-9)
Bahkan ada larangan dari Rasululloh SAW kepada kaum muslim
utk tidak mengganggu kafir dzimmi ini:
- “Barangsiapa mengganggu seorang kafir dzimmi, maka
sungguh ia mengganggu saya, dan barangsiapa mengganggu saya, maka sungguh ia
mengganggu Allah.”(Riwayat Thabarani)
- “Barangsiapa mengganggu seorang kafir dzimmi, maka
saya adalah musuhnya, dan barangsiapa memusuhi saya, maka akan saya musuhinya
nanti di hari kiamat.”(Riwayat al-Khatib)
- “Barangsiapa berlaku zalim kepada seorang kafir
‘ahdi, atau mengurangi haknya, atau memberi beban melebihi kemampuannya, atau
mengambil sesuatu daripadanya dengan niat yang tidak baik, maka saya adalah
pembelanya nanti di hari kiamat.” (Riwayat Abu Daud)
2. Saling kasih sayang sesama muslim.
Perumpamaan org Islam adalah seperti 1 tubuh. Jika ada saudara muslim yg kena
musibah, kita bantu semaksimal mungkin. Jika tidak bisa membantu materi, maka
minimal membantu dg doa.
- Rasulullah s.a.w. bersabda: ” Seorang muslim
adalah saudara muslim yang lain, ia tidak akan menzaliminya dan tidak akan
menyerahkannya (kepada musuh). Barang siapa berusaha memenuhi keperluan
saudaranya maka Allah akan memenuhi keperluannya. Barang siapa yang
menghilangkan kesusahan dari seorang muslim maka dengan hal itu Allah akan
menghilangkan salah satu dari kesusahannya di hari kiamat. Barang siapa yang
menutupi aib (keburukan) seorang muslim maka Allah akan menutupi aibnya di hari
kiamat.” (HR Bukhari dan Muslim).
- “Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara.
Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan
takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.” (Al
Hujuraat(49):10)
- Hadis riwayat Nukman bin Basyir ra., ia
berkata:”Rasulullah saw. bersabda: Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal
saling kasih, saling menyayang dan saling cinta adalah seperti sebuah tubuh,
jika salah satu anggotanya merasa sakit, maka anggota-anggota tubuh yang lain
ikut merasakan sulit tidur dan demam.”(Shahih Muslim No.4685)
- Hadis riwayat Abu Musa ra. dia berkata:”
Rasulullah saw. bersabda: Seorang mukmin terhadap mukmin yang lain adalah
seperti sebuah bangunan di mana bagiannya saling menguatkan bagian yang lain.” (Shahih
Muslim No.4684)
Salah satu praktik bahwa sesama muslim bersaudara adalah
dengan menebarkan salam dan bersilaturahim.
3.Banyak ruku dan sujud, hanya mengharap ridho اَللّهُ
semata, menjauhi maksiat dan mematuhi perintah2 اَللّهُ terutama yg wajib.
- “Hai Maryam, taatlah kepada Tuhanmu, sujud dan
rukuklah bersama orang-orang yang rukuk.” (Ali ‘Imran(3):43)
- “Mereka itu adalah orang-orang yang bertobat, yang
beribadah, yang memuji (Allah), yang melawat, yang rukuk, yang sujud, yang
menyuruh berbuat makruf dan mencegah berbuat mungkar dan yang memelihara
hukum-hukum Allah. Dan gembirakanlah orang-orang mukmin itu.” (At
Taubah(9):112)
Dalam
kajian tasawuf, syukur merupakan salah 1 kunci sukses hidup di dunia dan
akhirat. Malah ada yg menyebutkan kedudukannya jg lbh tinggi dari sabar dantawakal.
Bagi
yg hidupnya sehat maka sudah selayaknya kita bersyukur atas
nikmat tersebut.
Karena begitu banyak saudara2 kita yg kondisinya tidak seberuntung kita, kurang
sehat baik dari sisi jasmani maupun rohani.
Syukur
merupakan perwujudan terima kasih kepada ALLOH SWT atas segala nikmat yg
diterima. Bahkan di dalam surat Ar Rahman(55),berulangkali ditanyakan,“Maka nikmat Tuhan
kamu yang manakah yang kamu dustakan?”
Menurut
salah seorang ulama, kata syukur dapat ditemukan sebanyak 75 kali dlm Al Quran.
Kata syukur selalu disandingkan dg kufur, yg merupakan lawan katanya.contoh di
surat Ibrahim(14):7,“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan:
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu,
dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat
pedih”.”
Dengan
demikian, maka hakikat syukur: memanfaatkan nikmat sesuai dengan tujuan yg
memberi. Kufur: mengingkari dan menyembunyikan nikmat yg diterima (baik sengaja
maupun tidak sengaja).
Contoh
nikmat yg bisa digunakan sesuai dengan tujuan yg memberi: umur panjang dan
kesehatan. Nikmat ini hrs dimanfaatkan dg sebaik+baiknya, misalnya banyak
berbuat kebajikan dan menghindari maksiat. Cara lain misalnya mencari ilmu (yg
baik) sebanyak2nya dan diterapkan di masyarakat sehingga berguna.
Sebaik-baik
manusia: panjang umur dan punya banyak amal kebaikan.
Setidaknya
ada 3 cara bersyukur:
1. syukur dg hati terhadap pemberian yg diterima dari ALLOH SWT dg hal2 kevajikan
1. syukur dg hati terhadap pemberian yg diterima dari ALLOH SWT dg hal2 kevajikan
2.
syukur dg ucapan, dengan mengatakan hamdalah untuk setiap nikmat dan rejeki yg
diterima. catatan penting: yang mesti dilihat adalah yg memberi nikmat, bukan
tipe/jenis/ukuran nikmat/pemberiannya. walau sedikit, yang penting berkah.
sudah banyak contoh orang yg hartanya banyak tapi hidupnya tidak bahagia.
3.
syukur dg anggota badan, dengan cara tiap anggota tubuh mesti melakukan
kebajikan dan hindari maksiat.
Rasululloh
SAW selalu minta agar diberi kemampuan untuk bersykur utk tiap nikmat yg
diterima beliau, sebagaimana doa berikut ini.
Merenungi Sejenak Perjalanan Abadi Manusia
الْحَمْدُ
للهِ، خَلَقَ الخَلْقَ وَقَدَّرَ الأَشْيَاءَ، وَاصْطَفَى مِنْ عِبَادِهِ
الرُّسُلَ وَالأَنْبِيَاءَ، بِهِمْ نَتَأَسَّى وَنَقْتَدِي، وَبِهُدَاهُمْ
نَهْـتَدِي، أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ بِمَا هُوَ لَهُ أَهْـلٌ مِنَ الحَمْدِ
وَأُثْنِي عَلَيْهِ، وَأُومِنُ بِهِ وَأَتَوَكَّلُ عَلَيْهِ، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ
فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْـلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ
إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا
مُحَمَّدًا عَبْدُ اللهِ وَرَسُولُهُ، أَنْزَلَ عَلَيْهِ رَبُّهُ القُرآنَ
المُبِينَ؛ بَلاَغًا لِقَوْمٍ عَابِدِينَ، وَجَعَلَ رِسَالَتَهُ رَحْمَةً
لِلْعَالَمِينَ، صلى الله عليه وسلم وَعَلَى
آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِينَ، وَالتَّابِعِينَ لَهُمْ بإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ
الدِّيْنِ أَمَّا
بَعْدُ : فيل أيها
المسلمون أوصي نفسي و إياكم بتقوى الله فقد فاز المتقون
Kaum
Muslimin Jamaah Sholat Jumat yang dirahmati Allah
Di tengah
kehidupan yang senantiasa bergulir, jumat demi jumat berlalu, seiring itu juga
khutbah demi khutbah kita perdengarkan dan menyirami sejenak hati yang penuh
ketundukan dan mengharapkan keridhoaan Allah. Kesadaran kemudian muncul
dengan tekad untuk menjadi hamba yang Allah yang taat. Namun kadangkala dengan
rutinitas yang kembali mengisi hari-hari kita kesadaran itu kembali tumpul
bahkan luntur. Oleh sebab itulah melalui mimbar jumat ini khotib kembali
mengajak marilah kita berupaya secara sungguh-sungguh memperbaharui keimanan
dan ketaqwaan kita kepada Allah, memperbaharui kembali komitmen kita kepada
Allah yang sering kita ulang-ulang namun jarang diresapi, sebuah komitmen yang
mestinya menyertai setiap langkah kita:
إِنَّ
صَلاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ
الْعَالَمِينَ لا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأنا من الْمُسْلِمِينَ
Sesungguhnya
sholatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta
alam. Tiada sekutu bagiNya; dan demikian itulah yang diperintahkan
kepadaku dan aku adalah termasuk orang orang yang menyerahkan diri.
Kaum
Muslimin Jamaah Sholat Jumat yang berbahagia
Imam Ibnu
Katsir menyebutkan dalam Tafsirnya bahwa: Suatu ketika Umar bin Khathab ra
bertanya kepada seorang sahabat bernama Ubay Ibnu Ka’ab ra tentang taqwa walau
hal itu merupakan suatu yang hal yang sangat mereka ketahui, namun bertanya
satu sama lainnya di antara mereka dalam rangka mendalaminya adalah hal yang
sangat mereka sukai. Kemudian Ubay balik bertanya: “Wahai Umar, pernahkah
engkau melalui jalan yang di penuhi duri?” Umar menjawab, "ya, saya pernah
melaluinya. Kemudian Ubay bertanya lagi: “Apa yang akan engkau lakukan saat
itu?”. Umar menjawab: “Saya akan berjalan dengan sangat berhati-hati, agar tak
terkena duri itu”. Lalu Ubayberkata: “Itulah takwa”.
Dari riwayat
ini kita dapat mengambil sebuah pelajaran penting, bahwa takwa adalah
kewaspadaan, rasa takut kepada Allah, kesiapan diri, kehati-hatian agar tidak
terkena duri syahwat dan duri syubhat di tengah perjalanan menuju Allah,
menghindari perbuatan syirik, meninggalkan perbuatan maksiat dan dosa, yang
kecil maupun yang besar. Serta berusaha sekuat tenaga mentaati dan melaksanakan
perintah-perintah Allah dengan hati yang tunduk dan ikhlas.
Hadirin
Jama’ah sholat jumat rahimakuullah
Setiap orang
beriman pasti akan menyadari bahwa ketika ia hidup di dunia ini, ia akan hidup
dalam batas waktu tertentu yang telah ditetapkan oleh penciptanya, Allah SWT.
Usia manusia berbeda satu sama lainnya, begitu juga amal dan bekalnya. Setiap
orang yang berimanpun amat menyadari bahwa mereka tidak mungkin selamanya
tinggal di dunia ini. Mereka memahami bahwa mereka sedang melalui perjalanan
menuju kepada kehidupan yang kekal abadi. Sungguh sangat berbeda dan berlawanan
sekali dengan kehidupan orang-orang yang tidak beriman. Allah berfirman:
بَلْ
تُؤْثِرُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا . وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَى
"Tetapi kamu
(orang-orang kafir) lebih memilih kehidupan duniawi. Sedang
kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal. (QS. Al-A’la: 16-17)
Sayangnya,
kesadaran ini seringkali terlupakan oleh diri kita sendiri. Padahal, bukan
tidak mungkin, hari ini, esok, atau lusa, perjalanan itu harus kita lalui,
bahkan dengan sangat tiba-tiba. Jiwa manusia yang selalu digoda oleh setan,
diuji dengan hawa nafsu, kemalasan bahkan lupa, kemudian menjadi lemah semangat
dalam mengumpulkan bekal dan beribadah, membuat kita menyadari sepenuhnya bahwa
kita adalah manusia yang selalu membutuhkan siraman-siraman suci berupa
Al-Quran, mutiara-mutiara sabda Rosulullah, ucapan hikmah para ulama, bahkan
saling menasehati dengan penuh keikhlasan sesama saudara seiman. Sehingga kita
tetap berada pada jalan yang benar, istiqomah melalui sebuah proses perjalanan
menuju Allah SWT.
Hadirin
Jama’ah Sholat Jumat yang dimuliakan Allah
Jika kita
membuka kembali lembaran kisah salafus shalih, kita akan menemukan
karakteristik amal yang berbeda satu dengan yang lainnya. Ada diantara mereka
yang konsent pada bidang tafsir, hadits, fiqih, pembersihan jiwa dan akhlak,
atau berbagai macam ilmu pengetahuan lainnya. Namun, satu persamaan yang
didapat dari para ulama tersebut, yaitu kesungguhan mereka beramal demi
memberikan kontribusi terbaik bagi sesama. Sebuah karya yang tidak hanya
bersifat pengabdian diri seorang hamba kepada Penciptanya saja, namun juga
mempunyai nilai manfaat luar biasa bagi generasi berikutnya.
Marilah kita
renungi firman Allah berikut:
وَابْتَغِ
فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ
الدُّنْيَا وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ
فِي الْأَرْضِ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ
“Dan carilah
pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu dari (kebahagiaan) negeri
akhirat dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi, dan
berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik
kepadamu, dan janganlah berbuat kerusakan di muka bumi. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS. Al Qashash: 77).
Hadirin yang
dimuliakan Allah
Dari ayat ini kita dapat mengambil pelajaran penting, tentang beberapa prinsip yang perlu kita sadari bersama akan keberadaan kita di dunia ini.
Pertama, prinsip
mengutamakan kebahagiaan kehidupan akherat. Prinsip ini menghendaki agar dalam
melaksanakan kehidupan di dunia, kita senantiasa mengutamakan pertimbangan
nilai akherat. Namun perlu dipahami, mengutamakan kebahagiaan akherat bukan
berarti dalam mewujudkan kebahagiaan duniawi diabaikan begitu saja, sebab amal
akherat tidak berdiri sendiri dan terlepas dari amal duniawi. Sungguh amat
banyak amalan akherat yang berhubungan erat dalam mewujudkan kebahagian
duniawi.
Umpamanya sholat, seorang yang melaksanakan shalat dengan
tekun dan disiplin bukanlah semata-mata sebagai amal akherat yang tidak
berdampak duniawi, sebab bila shalat itu dilaksanakan menurut tuntutan Allah
dan rasulNya, yang secara berjamaah, niscaya ia akan banyak memberikan hikmah
dalam kehidupan dunia. Dengan shalat yang benar akan dapat
mencegah seseorang dari berbuat keji dan munkar. Dengan demikian manusia akan
terhindarnya dari perbuatan yang dapat merugikan orang lain, sehingga
terciptalah ketenteraman hidup bersama di dunia ini.
Begitu juga
dengan infak dan shodaqoh, seorang yang beramal dengan niatan mulia untuk
mendapatkan ganjaran berupa pahala dari Allah di akherat, maka dengan hartanya
tersebut dapat memberikan manfaat bagi kehidupan orang lain yang membutuhkan.
Kedua prinsip
‘ahsin’ yaitu senantiasa menghendaki kebaikan. Bila seseorang menanamkan
prinsip ini dalam dirinya, niscaya ia akan menunjukkan diri sebagai orang yang
pada dasarnya selalu menghendaki kebaikan. Ia akan senantiasa berprasangka baik
kepada orang lain, selalu berusaha berbuat baik dan berkata baik
dalam pergaulan di kehidupan sehari-hari.
Maka akan selalu tampillah kebaikan demi kebaikan,
mempersembahkan sebuah karya terbaiknya untuk kemanfaatan masyarakat
disekitarnya, peduli akan kemaslahatan umum, dan meninggalkan sebuah kebaikan
yang akan selalu dapat dikenang oleh orang banyak walaupun ia sudah pergi
terlebih dahulu menuju kehidupan yang abadi.
Ketiga adalah
prinsip walaa tabghil fasada fil ardh’ yaitu prinsip untuk tidak berbuat kerusakan. Bila prinsip ini dipegang
teguh, seseorang akan lebih melengkapi prinsip yang kedua, yakni melengkapi
upayanya berbuat baik dengan upaya menghindari perbuatan yang merusak.
Terjadinya kerusakan alam, kerusakan moral, kerusakan dalam tatanan kehidupan
masyarakat sering kali terjadi karena sudah hilangnya kesadaran akan tujuan
hidup yang sesungguhnya, sehingga seorang lupa bahwa sesungguhnya ia tidak
dibiarkan begitu saja, bahwa ia akan mempertanggung jawabkan segala
perbuatannya ketika ia menghadap Allah di akherat kelak.
Hadirin
sidang sholat jumat yang dimuliakan Allah
Allah swt
mengingatkan kita dengan firmannya:
وَتَزَوَّدُواْ
فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى وَاتَّقُونِ يَا أُوْلِي الأَلْبَابِ
“Berbekallah, dan sesungguhnya
sebaik-baik bekal adalah takwa.” (QS.
Al-Baqoroh: 197)
Walaupun ayat di atas menjelaskan tentang bekal penting dalam
perjalanan ibadah haji, namun sesungguhnya ia merupakan gambaran ketika manusia
akan menghadap Allah di padang mahsyar kelak, ibadah haji merupakan miniatur
gambaran manusia yang akan dikumpulkan di padang mahsyar nanti sebagaimana
halnya mereka berkumpul di padang arafah. Maka bekalan utama yang dapat
menyelamatkan itu adalah taqwa.
Firman Allah SWT di atas juga memiliki makna tersirat bahwa
manusia memiliki dua bentuk perjalanan, yakni perjalanan di dunia dan
perjalanan dari dunia. Perjalanan di dunia memerlukan
bekal, baik berbentuk makanan, minuman, harta, kendaraaan dan sebagainya. Sementara
perjalanan dari dunia juga memerlukan bekal.
Namun perbekalan yang kedua yaitu perbekalan perjalanan dari dunia menuju akhirat,
lebih penting dari perbekalan dalam perjalanan pertama yakni perjalanan di
dunia. Imam Fachrurrozi dalam dalam tafsirnya menyebutkan ada lima perbandingan antara keduanya:
Pertama, perbekalan dalam perjalanan di dunia, akan menyelamatkan kita dari penderitaan yang belum tentu terjadi. Tapi perbekalan untuk perjalanan dari dunia, akan menyelamatkan kita dari penderitaan yang pasti terjadi.
Kedua, perbekalan dalam perjalanan di dunia, setidaknya akan menyelamatkan kita dari kesulitan sementara, tetapi perbekalan untuk perjalanan dari dunia, akan menyelamatkan kita dari kesulitan yang tiada tara dan tiada habis-habisnya.
Ketiga, perbekalan dalam perjalanan di dunia akan menghantarkan kita pada kenikmatan dan pada saat yang sama mungkin saja kita juga mengalami rasa sakit, keletihan dan kepayahan.Sementara perbekalan untuk perjalanan dari dunia menuju akhirat, akan membuat kita terlepas dari marabahaya apapun dan terlindung dari kebinasaan yang sia-sia.
Keempat, perbekalan dalam perjalanan di dunia memiliki karakter bahwa kita akan melepaskan dan meninggalkan sesuatu dalam perjalanan. Sementara perbekalan untuk perjalanan dari dunia, memiliki karakter, kita akan lebih banyak menerima dan semakin lebih dekat dengan tujuan.
Kelima, perbekalan dalam perjalanan di dunia akan mengantarkan kita pada kepuasan syahwat dan hawa nafsu. Sementara perbekalan untuk perjalanan dari dunia akan semakin membawa kita pada kesucian dan kemuliaan karena itulah sebaik-baik bekal. (Tafsir Ar-Raazi 5/168)
Sesungguhnya perjalanan itu cukup berat, dan masih banyak bekal yang perlu disiapkan. Semua kita pasti tahu bekalan yang sudah kita siapkan masing-masing. Jika kita anggap bekalan itu masih kurang, tentu kita tidak akan rela seandainya tidak lama lagi ternyata kita harus segera menempuh perjalanan menuju akhirat itu.
بَارَكَ
اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا
فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَلَّ اللهُ مِنِّيْ
وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ
هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ
هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah Kedua
إِنَّ
الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ
بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ
اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ
إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ
وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. أما بعد :
فيا أيها المؤمنون اتقوا الله تعالى قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ
ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ
مُّسْلِمُوْنَ.
Hadirin
siding sholat Jumat yang dimuliakan Allah
Lalu apa
yang perlu menjadi bahan perhatian kita dalam mempersiapkan bekalan untuk
melalui perjalan dari dunia ini menuju ke kehidupan yang abadi di akherat?
Untuk itu
minimal ada tiga hal yang perlu menjadi bahan perhatian kita bersama.
Pertama, bekal
berupa keimanan yang benar dan kokoh, aqidah yang bersih dan suci dari
unsur-unsur kesyirikan. Meyakini dengan sebenarnya, bahwa Allah
adalah tuhan yang Esa, kepada-Nya sajalah tempat bergantung, Ia adalah
Pencipta, Pemberi rezeki, Pengatur alam semesta, kemudian memurnikan ibadah
kepada-Nya, ikhlas dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban yang telah Ia
perintahkan oleh Allah. Allah berfirman:
أَنَّمَا
إِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَمَن كَانَ
يَرْجُو لِقَاء رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ
رَبِّهِ أَحَدًا )110(
"Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang
Esa." Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia
mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam
beribadat kepada Tuhannya." (QS Al-Kahfi: 110)
Kedua, kesungguhan dalam amal
sholeh dan dalam menangkap segala peluang kebajikan. Seperti halnya
perjalanan jauh yang akan dilalui, jika tidak disertai dengan kesungguhan dalam
mengatur waktu dan mempersiapkan segala sesuatunya, maka boleh jadi ia akan
tertinggal, bahkan tersesat dan kebingungan. Sesungguhnya apa yang dilakukan
seseorang adalah berpulang untuk dirinya sendiri. Allah berfirman:
مَن كَانَ
يَرْجُو لِقَاء اللَّهِ فَإِنَّ أَجَلَ اللَّهِ لَآتٍ وَهُوَ السَّمِيعُ
الْعَلِيمُ . وَمَن
جَاهَدَ فَإِنَّمَا يُجَاهِدُ لِنَفْسِهِ إِنَّ اللَّهَ لَغَنِيٌّ عَنِ
الْعَالَمِينَ
Barangsiapa yang mengharap pertemuan dengan Allah, maka
sesungguhnya waktu (yang dijanjikan) Allah itu, pasti datang. Dan Dialah Yang
Maha mendengar lagi Maha Mengetahui. Barangsiapa yang bersungguh-sungguh
(berjihad), maka sesungguhnya kesungguhan itu (jihadnya) adalah
untuk dirinya sendiri. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya (tidak
memerlukan sesuatu) dari semesta alam. (QS. Al-Ankabut: 5-6)
Hadirin
sidang jumat yang berbahagia
Kemudian
penting halnya juga untuk menangkap setiap peluang amal di sekitar kita, meski
amal itu sederhana dan tidak datang setiap waktu. Cukuplah menjadi pelajaran
kita bersama tentang kisah seorang pelacur yang rela mengambilkan minum untuk
seekor anjing yang kehausan, padahal ia sendiri sedang dahaga luar biasa, namun
dengan amalan itu ternyata dapat mengantarkan dirinya ke surga. Meski terkesan
sederhana, dan jarang terjadi, namun berefek dapat menghapuskan dosa pelakunya.
Mahasuci
Allah, kesempatan seperti ini memang tidak datang dua kali, namun pasti akan
kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Hanya saja, perlu kejelian dan
kesungguhan hati dalam mengenalinya.
Ketiga dan terakhir, mewaspadai akan
hilangnya bekal yang telah dikumpulkan, lantaran sikap kita terhadap orang
lain. Inilah kerugian yang besar, jika hilangnya bekal di dunia, masih ada
kesempatan untuk dicari kembali, namun jika hilangnya bekal itu di akhirat
bagaimana mungkin untuk mengumpulkannya kembali, sedang hisab telah menunggu.
Dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah saw suatu ketika
bertanya kepada para sahabat: “Tahukah kalian siapakah orang yang rugi?” Maka
para sahabat menjawab: “orang yang rugi di antara kami adalah orang yang tidak
mempunyai uang dan harta. Maka Rasulullah saw menjawab, “bukan itu, akan tetapi
orang yang rugi dari umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan
(pahala) sholat, puasa dan zakatnya, namun dahulu di dunianya dia telah mencela
si fulan, menuduh si fulan, memakan harta si fulan, menumpahkan darah si fulan
dan telah memukul orang lain dengan tanpa hak, maka diberikan pahala
kebaikannya kepada orang tersebut, dan kepada si fulan yang lain diberikan pula
pahala kebaikannya yang lain, maka apabila kebaikannya sudah habis sebelum dia
melunasi segala dosanya, maka kesalahan si fulan yang dizalimi di dunia itu
dibebankan kepadanya, kemudian dia dilemparkan ke api neraka. (HR. Muslim)
Sungguh inilah kerugian yang besar dan amat menyedihkan.
Bekalan yang sudah disiapkan semasa di dunia, tidak dapat menolongnya sama
sekali. Maka kebersihan hati, kebersihan ucapan, kebersihan sikap, berbaik
sangka kepada sesama orang beriman harus selalu ditanamkan di dalam hati
masing-masing, agar setiap kebaikan yang telah dilakukan tidak hilang sia-sia.
Kerugian lain adalah kerugian karena memikul dosa yang berat.
Begitulah bagi mereka orang-orang yang mendustakan bertemu dengan penciptanya
karena terlena dengan kenikmatan dunia. Allah berfirman:
قَدْ خَسِرَ
الَّذِينَ كَذَّبُواْ بِلِقَاء اللّهِ حَتَّى إِذَا جَاءتْهُمُ السَّاعَةُ
بَغْتَةً قَالُواْ يَا حَسْرَتَنَا عَلَى مَا فَرَّطْنَا فِيهَا وَهُمْ
يَحْمِلُونَ أَوْزَارَهُمْ عَلَى ظُهُورِهِمْ أَلاَ سَاء مَا يَزِرُونَ . وَمَا
الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلاَّ لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَلَلدَّارُ الآخِرَةُ خَيْرٌ
لِّلَّذِينَ يَتَّقُونَ أَفَلاَ تَعْقِلُونَ
“Sungguh
telah rugilah orang-orang yang mendustakan pertemuan mereka dengan Tuhan;
sehingga apabila kiamat datang kepada mereka dengan tiba-tiba, mereka berkata:
"Alangkah besarnya penyesalan kami, terhadap kelalaian kami tentang kiamat
itu!", sambil mereka memikul dosa-dosa di atas punggungnya. Ingatlah, amat
buruklah apa yang mereka pikul itu. Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain
dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih
baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?” (QS.
Al-An’am: 31-32)
Begitulah
juga ungkapan penyesalan yang disampaikan di dalam Al-Quran:
يَا
لَيْتَنِي قَدَّمْتُ لِحَيَاتِي
“Duhai, alangkah baiknya kiranya aku dahulu mengerjakan (amal
saleh) untuk hidupku ini.”(QS Al-Fajr:24).
Dalam ayat yang lain Allah mengingatkan:
وَكُلُّهُمْ
آتِيهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَرْدًا
“Dan tiap-tiap mereka orang akan datang kepada Allah pada
hari qiyamat dengan sendiri-sendiri.” (QS.
Maryam: 95)
Maka seharusnya setiap orang yang beriman benar-benar
memberikan perhatian besar dalam mempersiapkan diri dan mengumpulkan bekal
untuk menghadapi hari yang kekal dan abadi itu. Karena pada hakikatnya, hari
inilah masa depan manusia yang sesungguhnya. Allah berfirman:
يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ
وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah disiapkannya untuk hari esok
(akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa
yang kamu kerjakan” (QS. Al-Hasyr:18).
Dan yang terakhir khatib tutup khutbah ini dengan firman
Allah:
لِلَّذِينَ
أَحْسَنُوا فِي هَذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةٌ وَلَدَارُ الْآخِرَةِ خَيْرٌ
وَلَنِعْمَ دَارُ الْمُتَّقِينَ (30) جَنَّاتُ عَدْنٍ يَدْخُلُونَهَا تَجْرِي مِنْ
تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ لَهُمْ فِيهَا مَا يَشَاءُونَ كَذَلِكَ يَجْزِي اللَّهُ
الْمُتَّقِينَ
Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini mendapat
(pembalasan) yang baik. Dan sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik dan
itulah sebaik-baik tempat bagi orang yang bertakwa, (yaitu) syurga 'Adn yang
mereka masuk ke dalamnya, mengalir di bawahnya sungai-sungai, di dalam surga
itu mereka mendapat segala apa yang mereka kehendaki. Demikianlah Allah memberi
balasan kepada orang-orang yang bertakwa. (QS. An-Nahl: 30-31)
إِنَّ اللهَ
وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ
ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اَللَّهُمَّ
صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ
وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ
وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ
إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ
وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ
وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ. اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا
وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ باَطِلاً وَارْزُقْنَا
اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ
أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا رَبَّنَا
آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ
النَّارِ. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى
الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
عِبَادَ
اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي
الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ
لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ
وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar