Kamis, 20 Desember 2012

Kumpulan Puisi Lama


SAJAK PUTIH 
Bersandar pada tari warna pelangi 
Kau depanku bertudung sutra senja 
Di hitam matamu kembang mawar dan melati 
Harum rambutmu mengalun bergelut senda 

Sepi menyanyi, malam dalam mendoa tiba 
Meriak muka air kolam jiwa 
Dan dalam dadaku memerdu lagu 
Menarik menari seluruh aku 

Hidup dari hidupku, pintu terbuka 
Selama matamu bagiku menengadah 
Selama kau darah mengalir dari luka 
Antara kita Mati datang tidak membelah... 



SENJA DI PELABUHAN KECIL 
Ini kali tidak ada yang mencari cinta 
di antara gudang, rumah tua, pada cerita 
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut 
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut 

Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang 
menyinggung muram, desir hari lari berenang 
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak 
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak. 

Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan 
menyisir semenanjung, masih pengap harap 
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan 
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap.




GURINDAM
Raja mufakat dengan menteri
Seperti kebun berpagarkan duri

Betul hati kepada raja
Tanda jadi sebarang kerja

Hukum adil atas rakyat
Tanda raja beroleh inayat

Kasihkan orang yang berilmu
Tanda rahmat atas dirimu

Hormat akan orang yang pandai
Tanda mengenal kasa dan cindai

Ingatkan dirinya mati
Itulah asal berbuat bakti

Akhirat itu terlalu nyata
Kepada hati yang tidak buta

Dengan guru hendaklah hormat
Supaya badan hendak selamat


KARMINA
Sudah gaharu cendana pula. Sudah tahu masih bertanya pula.
Dahulu parang sekarang besi. dahulu sayang sekarang benci.
Dahulu sedan sekarang mercy. Dahulu teman sekarang istri.
Ada tempayan gede tutupnya. Anak perawan gede kentutnya. I
klan sembilang di balik batu. Sudah dibilang jangan mengganggu.
Sirsak sirsak nangka belanda. Pikiran rusak digoda janda.
Candi Mendut rusak jalannya. Orang gendut banyak makannya.
Siti Bagendit jangan dicaci. Kakek genit digoda banci.

SELOKA
Bunga mawar cempaka biru
Bunga rampai didalam puan
tujuh malam semalam rindu
belum sampai padamu tuan

Bunga rampai didalam puan
ruku ruku dari peringgit
belum sampai padamu tuan
rindu saya bukan sedikit

ruku ruku dari peringgit 
teras jati bertalam talam
rindu saya bukan sedikit
nyaris mati semalam malam

Teras jati bertalam talam
kapal berlabuh di lautan sisi
nyaris mati semalam malam
bantal di peluk saya ditangis 

SYAIR
Syair Ken Tambuhan
Lalulah berjalan Ken Tambuhan
diiringkah penglipur dengan tadahan
lemah lembut berjalan pelahan-lahan
lakunya manis memberi kasihan
Tunduk menangis segala puteri
Masing-masing berkata sama sendiri
Jahatnya perangai permaisuri
Lakunya seperti jin dan peri
 Syair Abdul Muluk
Berhentilah kisah raja Hindustan
Tersebutlah pula suatu perkataan
Abdul Hamid Syah Paduka Sultan
Duduklah Baginda bersuka-sukaan
Abdul Muluk putera Baginda
Besarlah sudah bangsa muda
Cantik menjelis usulnya syahda
Tiga belas tahun umurnya ada
Parasnya elok amat sempurna
Petak majelis bijak laksana
Memberi hati bimbang gulana
Kasih kepadanya mulia dan hina


PANTUN
Jalan kelam disangka terang
Hati kelam disangka suci
Akal pendek banyak dipandang
Janganlah hati kita dikunci

Bunga mawar bunga melati
Kala dicium harum baunya
Banyak cara sembuhkan hati
Baca Quran paham maknanya

Ilmu insan setitik embun
Tiada umat sepandai Nabi
Kala nyawa tinggal diubun
Turutlah ilmu insan nan mati

Ke hulu membuat pagar,
Jangan terpotong batang durian;
Cari guru tempat belajar,
Supaya jangan sesal kemudian.

1 komentar: