Kata Pengantar
Segala puji syukur kami panjatkan kepada
kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah “Pengantar Manajemen” sebagai tugas
terstruktur dari Ibu Sri Rahayuningsih,S.E., M.M selaku dosen Pengantar
Manajemen. Semoga makalah yang kami buat dapat bermanfaat bagi pembaca.
Walaupun telah berusaha semaksimal
mungkin, kami merasa bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.Oleh karena itu
kami sangat mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan makalah ini.Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih.
Penulis,
BAB I
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Salah satu fungsi pancasila yaitu sebagai suatu sistem
filsafat pada hakikatnya merupakan suatu nilai sehingga
merupakan sumber dari segala penjabaran norma baik norma hukum, norma moral
maupun norma kenegaraan lainnya. Sebagai suatu nilai, pancasila memberikan
dasar-dasar yang bersifat fundamental
dan universal bagi manusia. Manakala nilai-nilai tersebut akan dijabarkan dalam
kehidupan yang bersifat praksis atau kehidupan yang nyata dalam
masyarakat,bangsa maupun negara maka nilai – nilai tersebut kemudian dijabarkan dalam suatu norma – norma
yang jelas sehingga merupakan suatu pedoman. Nilai, norma, dan moral
adalah konsep-konsep yang saling berkaitan dan saling melengkapi sebagai sistem
etika
Tak perlu diragukan lagi bahwa bagi bangsa dan negara
Indonesia Filsafat Politik politiknya adalah Filsafat Politik Pancasila
sekalipun adakalinya cara bangsa Indonesia bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara tidak sejalan dengan pancasila , dan bahkan pernah pula bertentangan
dengan pancasila sekalipun, namun yang diukur dan diusahakan bahwa
seperangkat keyakinan bermasyarakat berbangsa dan bernegara bagi masyarakat
bangsa dan negara Indonesia adalah pancasila. Atau singkat kata pancasila
adalah filsafat politik masyarakat, bangsa dan negara Indonesia.
Penjelasannya adalah sebagai berikut: pancasila merupakan bawaan kodrat
manusia Indonesia, bagi bangsa Indonesia, manusia diseluruh dunia, khususnya
manusia Indonesia memiliki sifat kodrat monodualis sebagai individu dan sebagai
makhluk sosial sekaligus jadi yang bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
Indonesia itu adalah makhluk dengan sifat kodratnya yang demikian itu bersamaan
dengan itu manusia Indonesia dan juga manusia pada umumnya diseluruh dunia
dihadapan Tuhan Yang Maha Kuasa mempunyai kedudukan kodrat yang monodualis
pula, yaitu sebagai pribadi yang mandiri dan sebagai makhluk Tuhan sekaligus.
Manusia yang demikian itu tersusun atau tersenyawa secara
kordat pula, yaitu jasmani dan rohani. Dikatakan bawaan kodarat manusia
Indonesia, karena “demikianlah manusia Indonesia itu “maka” demikian pulalah
pancasila”. Manusia Indonesia (dan juga pada umumnya manusia diseluruh dunia)
itu adalah “seperti itu”, “maka” seperti itu pulalah” pancasila itu. Manusia
Indonesia memiliki tiga hubungan kodrat kemanusiaan selengkapnya, maka dari itu
Pancasila adalah asas hidup yang berpangkal pada tiga hubungan kodrat
kemanusiaan selengkapnya.
B.RUMUSAN MASALAH
1. Apakah
pengertian dari etika politik?
2.Apa
tujuan idiologi pancasila sebagai etika politik?
3.Bagaimana
filosof penerapan etika politik?
C.TUJUAN
1.Mengerti maksud dari etika politik
2.Mengetahui
tujuan dari idiologa pancasila sebagai etika politik
3.Mengetahui
filosofi penerapan etika politik
BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian
1.1.Pengertian
Etika
Sebagai
suatu usaha ilmiah, filsafat dibagi menjadi 2 kelompok besar yaitufilsafat
teoritis yang mempertanyakan dan berusaha mencari jawaban tentang segala sesuatu,
dan filsafat teoritis yang membahas tentang bagaimana manusia bersikap terhadap
apa yang ada tersebut. Etika termasuk kelompok filsafat praksis dan dibagi
menjadi 2 kelompok, yaitu etika umum dan etika khusus. Etika adalah suatu ilmu
yang membahas tentang bagaimana dan mengapa kita mengikuti suatu ajaran
moral tertentu, atau bagaimana kita harus mengambil sikap yang bertanggung
jawab berhadapan dengan pelajaran moral (Suseno, 1987). Etika umum mempertanyakan prinsip-prinsip
yang berlaku bagi setiap tindakan manusia sedangkan etika khusus membahas
prinsip- prinsip itu dalam hubungannya dengan pelbagai aspek kehidupan
manusia (Suseno,1987). Etika khusus dibagi menjadi etika individual yang
membahas kewajibanmanusia terhadap diri sendiri dan etika sosial yang membahas
tentang kewajibanmanusia terhadap manusia lain dalam hidup masyarakat yang
merupakan suatu bagianterbesar dari etika khusus.Sebagai bahasan khusus, etika
membicarakan sifat-sifat yang menyebabkanorang dapat disebut susila atau bijak.
Sebenarnya, etika lebih banyak bersangkutandengan prinsip-prinsip dasar
pembenaran dalam hubungan dengan tingkah lakumanusia (Kattsoff, 1986). Dapat
juga dikatakan bahwa etika berkaitan dengan dasar-dasar filosofis dalam
hubungan dengan tingkah laku manusia.
1.2.Pengertian
Politik
Pengertian politik berasal dari kosa kata “ Politics”, yang memiliki
makna bermacam-macam kegiatan dalam suatu sistem politik atau negara yang
menyangkut proses penentuan
tujuan-tujuan dari sistem itu dan diikuti dengan pelaksanaan tujuan-tujuan
itu.Untuk melaksanakan tujuan-tujuan itu perlu ditentukan kebijaksanaan-kebijaksanaan umum atau “public
policie”, yang menyangkut pengaturan
pembagianatau distributions
dari
sumber-sumber yang ada. Untuk melaksanakan kebijaksanaan-kebijaksanaan itu
diperlukan suatu kekuatan (power
) dan kewenangan (authority)yang
akan dipakai baik untuk membina kerjasama maupun untuk menyelesaikan konflik
yang mungkin timbul dalam proses ini. Cara-cara yang dipakai dapat bersifat persuasi , dan jika perlu dilakukan suatu
pemaksaan (coercion). Tanpa adanya
suatu pemaksaan, kebijaksanaan ini hanya merupakan perumusan keinginan
belaka(statement of intent )
yang tidak akan pernah terwujud.Berdasarkan pengertian-pengertian pokok tentang
politik, maka secara operasional bidang politik menyangkup konsep-konsep pokok
yang berkaitan dengan negara (state ),kekuasaan (power), pengambilan keputusan
(decisionmaking ),kebijaksanaan ( policy), pembagian (distributions),
serta alokasi(allocations)(Budiardjo,1981 : 8,9).Jikalau dipahami berdasarkan
pengertian politik secara sempit sebagaimana diuraikan di atas, maka
seolah-olah bidang politik lebih banyak berkaitan dengan para pelaksana
pemerintahan negara, lembaga-lembaga tinggi negara, kalangan
aktivis politik, para pejabat serta birokrat dalam pelaksanaan dan
penyelenggaraan negara.Bilamana
lingkup pengertian politik dipahami seperti itu, maka terdapat suatukemungkinan
akan terjadi ketimpangan dalam aktualisasi politik karena tidak melibatkan
aspek rakyat baik sebagai individu maupun sebagai suatu lembaga yangterdapat
dalam masyarakat.
1.3.Pengertian
Etika Politik
Secara
substantif pengertian etika politik tidak dapat dipisahkan dengan
subjek sebagai pelaku etika yaitu manusia. Oleh karena itu, etika politik
berkaitan eratdengan bidang pembahasan moral.Hal ini berdasarkan kenyataan
bahwa pengertian moral senantiasa menunjuk kepada manusia sebagai subjek etika.
Maka kewajiban moral dibedakan dengan pengertian keajiban-kewajiban lainnya,
karena yangdimaksud adalah kewajiban manusia sebagai manusia, walaupun dalam
hubungannya dengan masyarakat, bangsa maupun negara etika politik tetap
meletakkan dasar fundamental manusia sebagai manusia. Dasar ini lebih
meneguhkan akar etika politik bahwa kebaikan senantiasa didasarkan
kepada hakikat manusia sebagai makhluk yang beradab dan berbudaya
berdasarkan suatu kenyaaan bahwa masyarakat, bangsa maupun negara bisa
berkembang ke arah keadaan yang tidak baik dalam arti moral. Pelaksanaan dan penyelenggaraan negara segala
kebijaksanaan, kekuasaan serta kewenangan harus dikembalikan kepada rakyat
sebagai pendukung pokok negara. Maka dalam pelaksanaan politik praktis hal-hal yang
menyangkut kekuasaan eksekutif, legislatif dan yudikati, konsep pengambilan
keputusan, pengawasan serta partisipasi harus berdsarkan legitimasi dari
rakyat, atau dengan kata lain “legitimasi demokratis”.
2.1. Tujuan Ideologi Pancasila Sebagai Etika
Politik
Menampilkan sikap positif terhadap Pancasila sebagai etika politik Kompetensi Dasar:
Mendeskripsikan Pancasila sebagai etika politik
Menganalisis Pancasila sebagai sumber nilai dan etika politik
Menampilkan sikap positif terhadap Pancasila sebagai etika politik
Menampilkan sikap positif terhadap Pancasila sebagai etika politik Kompetensi Dasar:
Mendeskripsikan Pancasila sebagai etika politik
Menganalisis Pancasila sebagai sumber nilai dan etika politik
Menampilkan sikap positif terhadap Pancasila sebagai etika politik
2.2. Pengertian Ideologi
-Ideologi = idein (Yunani) = melihat, dan Logia = kata / ajaran
-Antoine Destut de Tracy (+1836), ideologi = science des idees = ilmu yang mendasari ilmu- ilmu lain seperti etika dan politik.
-Ideologi=ilmu tentang terjadinya cita-cita atau gagasan, atau juga ilmu mengenai gagasan atau buah pikir
Pengertian ideologi jarang dipahami sebagai ilmu mengenai gagasan atau idea tetapi ideologi sebagai gagasan atau ide yang tujuannya bersifat politik.
Daniel Bell menyatakan dewasa ini ideologi sebagai an action-oriented system of beliefs = sistem keyakinan yang memotivasi orang atau kelompok masyarakat untuk bertindak dengan cara tertentu sebagaimana diajarkan oleh ideologi tersebut.
-Ideologi = idein (Yunani) = melihat, dan Logia = kata / ajaran
-Antoine Destut de Tracy (+1836), ideologi = science des idees = ilmu yang mendasari ilmu- ilmu lain seperti etika dan politik.
-Ideologi=ilmu tentang terjadinya cita-cita atau gagasan, atau juga ilmu mengenai gagasan atau buah pikir
Pengertian ideologi jarang dipahami sebagai ilmu mengenai gagasan atau idea tetapi ideologi sebagai gagasan atau ide yang tujuannya bersifat politik.
Daniel Bell menyatakan dewasa ini ideologi sebagai an action-oriented system of beliefs = sistem keyakinan yang memotivasi orang atau kelompok masyarakat untuk bertindak dengan cara tertentu sebagaimana diajarkan oleh ideologi tersebut.
C. Filosof Penerapan Etika
Politik
Immanuel Kant pernah
menyindir, ada dua watak binatang terselip di setiap insan politik: merpati dan
ular. Politisi memiliki watak merpati yang lembut dan penuh kemuliaan dalam
memperjuangkan idealisme. Tetapi, ia juga punya watak ular yang licik dan
jahat, serta selalu berupaya untuk memangsa merpati. Celakanya, yang sering
menonjol adalah “sisi ular” ketimbang watak “merpati”-nya. Metafora sang
filosof yang normatif dan simbolik itu sudah menjadi pengetahuan umum, ketika
berbicara soal etika politik. Bahkan ekstimitas watak poltisi pun diasosiasikan
dengan “watak binatang”1.
Politik
“Kebun Binatang”
Memang, pada sejak zaman dahulu, para budayawan dan filosof kerap menggunakan kisah-kisah perumpamaan “dunia binatang”. Sastrawan Inggris George Orwell mengarang fabel yang diterjemahkan almarhum Mahbub Djunaidi berjudul “Binatangisme”. Bahkan suatu ketika, Mahbub sendiri menulis kolom “Politik Kebun Binatang” untuk mengkritik tingkah laku politisi kita masa itu. Tentu saja politisi kita bukan binatang, walaupun ada istilah homo hop ini lupus. Politisi kita diharapkan lebih berwatak hanif, cinta dan konsisten pada kebenaran, bukan melakukan “pembenaran”.
Memang, pada sejak zaman dahulu, para budayawan dan filosof kerap menggunakan kisah-kisah perumpamaan “dunia binatang”. Sastrawan Inggris George Orwell mengarang fabel yang diterjemahkan almarhum Mahbub Djunaidi berjudul “Binatangisme”. Bahkan suatu ketika, Mahbub sendiri menulis kolom “Politik Kebun Binatang” untuk mengkritik tingkah laku politisi kita masa itu. Tentu saja politisi kita bukan binatang, walaupun ada istilah homo hop ini lupus. Politisi kita diharapkan lebih berwatak hanif, cinta dan konsisten pada kebenaran, bukan melakukan “pembenaran”.
Uang adalah Panglima
Etika, atau filsafat moral (Telchman, 1998) mempunyai tujuan menerangkan kebaikan dan kejahatan. Etika politik dengan demikian, memiliki tujuan menjelaskan mana tingkah laku politik yang baik dan sebaliknya. Apa standar baik? Apakah menurut agama tertentu? Tidak! Standar baik dalam konteks politik adalah bagaimana politik diarahkan untuk memajukan kepentingan umum. Jadi kalau politik sudah mengarah pada kepentingan pribadi dan golongan tertentu, itu etika politik yang buruk. Sayangnya, itulah yang terjadi di negeri ini.
Etika, atau filsafat moral (Telchman, 1998) mempunyai tujuan menerangkan kebaikan dan kejahatan. Etika politik dengan demikian, memiliki tujuan menjelaskan mana tingkah laku politik yang baik dan sebaliknya. Apa standar baik? Apakah menurut agama tertentu? Tidak! Standar baik dalam konteks politik adalah bagaimana politik diarahkan untuk memajukan kepentingan umum. Jadi kalau politik sudah mengarah pada kepentingan pribadi dan golongan tertentu, itu etika politik yang buruk. Sayangnya, itulah yang terjadi di negeri ini.
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari
analisis permasalahan dalam makalah ini adalah Pancasila adalah dasar Negara
yang menjadi tolok ukur pemikiran bangsaIndonesia yang mengandung nilai-nilai
yang universal dan terkristalilasi dalam sila-silanya. yang dikembangkan dan
berkembang dalam diri pribadi manusia sesuaidengan kodratnya, sebagai makhluk
pribadi dan sosial. Didalam tubuh pancasilatelah terukir berbagai aspek
pemikiran bangsa yang mengandung asas moralitas, politik, sosial, agama,
kemusyawaratan, persatuan dan kesatuan.Seluruh aspek tersebut senafas, sejiwa, merupakan suatu totalitas salinghidup
menjiwai, diliputi dan dijiwai satu sama lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar